Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Tenggat Waktu

Katanya, satu-satunya hal yang abadi adalah ketidak-abadian. Segala sesuatu akan berhenti begitu sampai pada batas waktu yang ditentukan. Soal waktu, apa pernah mengusikmu? Karena persoalan itu kadang mengusikku. Bahkan kadang, tiap kali bertemu dengan sesuatu, yang pertama kutanyakan adalah sampai kapan. Dan lucunya, sering tak kutemukan jawaban hanya untuk pertanyaan sesederhana kapan. Kadang itu membuatku ketakutan. Apa yang lebih menakutkan dari hal-hal yang tak sanggup kita perkirakan? Kamu pernah memikirkannya? Aku pernah. Ah, tapi bukankah hidup ini memang hanya serangkaian adaptasi tanpa henti-henti? Datang, menyesuaikan diri, merasa nyaman, lantas pergi. Bukankah selalu begitu sejak kita hanya seonggok daging yang akan tumbuh menjadi janin? Bukankah sudah berkali-kali kau temukan orang yang membuatmu merasa tak butuh siapa-siapa lagi, lalu waktu membawa kalian pada waktu perpisahan, kau sedih, dia sedih, kalian menjalin komunikasi seolah dengan begitu bisa menjadikan jara

Masih Ketika Wanita Jatuh Cinta

Entah kenapa, cerita temanku membuatku berpikir bahwa cinta itu sama sekali tidak mudah bagi seorang wanita. Baiklah. Di zaman seperti sekarang ini, mungkin hanya wanita kuno saja yang masih menganggap demikian. Dan aku adalah salah satu wanita kuno seperti itu. Jadi, mungkin istilahnya, temanku itu bertemu dengan orang yang tepat untuk curhat. Meski tidak seutuhnya, aku kira-kira bisa menerka bagaimana perasaannya. Aku setuju dengan pandangannya. Aku, bahkan meski saranku seolah menasihati dia untuk berani mengutarakan perasaannya, diam-diam mengerti kenapa dia memilih bungkam. Cinta seorang wanita itu rempong. Ketika seorang pria disibukkan dengan bagaimana cara mengutarakan perasaannya, wanita sibuk berdoa semoga si pria merasakan hal yang sama tanpa dia perlu berkata. Ketika seorang pria takut ditolak, seorang wanita masih sibuk berdoa semoga si pria menangkap kodenya terus buruan nembak. Jatuh cinta seorang wanita itu hening. Tak banyak wanita yang berani mengakui cintanya send

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Perdu: Menyambut Kelahiran Anak Pertama

Tidak ada orang tua yang tidak bahagia menyambut kelahiran bayinya. Pun aku pribadi dan teman-teman di Perdu. Senang rasanya melihat binar di mata-mata mereka. Bayi ini anak pertama kami. Namanya Penumbra. Sebuah antologi 10 cerpen terbaik lomba bertajuk "Mari Berbagi, Mari Mengispirasi" yang kami adakan lebih dari setahun lalu. Sebuah buku yang belum bisa disebut master piece , tapi adalah buah dari kerja keras. Penumbra secara wujud untuk dibagi memang hanya sebuah buku hasil cetakan penerbit indie. Namun ada begitu banyak cerita di baliknya. Cerita yang mungkin lebih panjang dari pada isi buku itu sendiri. Ada suka, duka, semangat, kegelisahan, keputusasaan, perjuangan, harapan, keringat, air mata, rasa lelah, dan masih banyak lagi tersimpan di balik sampulnya. Lebih dari sebuah antologi, aku pribadi melihat Penumbra sebagai titik di mana janji akan buah suatu usaha itu memang ada. Aku melihat sendiri bagaimana di tengah kesibukan, teman-teman kala itu menyempatkan di

Dunia Ini Keras, Nak

Hal-hal aneh yang terjadi belakangan ini membuatku ingat pada salah seorang teman yang... katakanlah dia membangun benteng pertahanan yang terlalu kokoh untuk melindungi dirinya sendiri. Dia baik, kaya, mana cantik, udah gitu otaknya encer lagi. Kalau pepatah bilang " No body is perfect ", dia pasti adalah si " No-body ". She is almost too perfect to be real . Tapi namanya manusia ya. Katanya sih makin dikasih lengkap, makin ngerasa banyak kurangnya. Mungkin lantaran saking terbiasanya menjadi miss perfect , temanku satu ini jadi luar biasa perfeksionis. Dia nyaris tidak bisa menerima kesalahan sekecil apa pun, bahkan yang dia buat sendiri. Dia lalu menghapuskan demokrasi dalam kamus hidupnya. Kritik itu enggak ada. Iya, dia akan stress berat kalau dikomentarin dikit (apalagi banyak). Dia akan mengingat komentar itu kayak wasiat. Dia akan memikirkan komentar itu dan menganggapnya genderang perang. Dia akan mati-matian mengingkari komentar itu untuk melindungi d

Rasanya Seperti Lahir Kembali

Ada sebuah perasaan lucu setiap kali merasa sembuh dari sakit. Seperti tiba-tiba senang mengecap-ngecap makanan dengan lidah yang mulai berkurang pahitnya, menepuk-nepuk wajah yang suhunya mulai menyesuaikan suhu udara, keluar rumah dan kaget melihat cahaya matahari. Lucu sekali. Bahwa di balik setiap rasa sakit seolah Allah sedang menitipkan pesan agar aku ingat bersyukur atas sehat yang selama ini diberikan. Bagaimana selama ini setiap kali makan dan minum aku lebih peduli pada bagaimana rasa makanan dan minuman tersebut dari pada kenyataan bahwa lidahku baik-baik saja. Giliran kegigit baru kerasa kalau punya lidah. Giliran sakit baru tahu kalau lidah pahit, jus pun diminum rasanya jadi pahit. Ini demam terlama yang pernah aku alami :delapan hari. Mantap. Dan kemarin, aku mencoba mengingat-ingat apa yang selama 8 hari tersebut aku alami, tidak banyak yang benar-benar aku ingat. Hampir semua samar-samar. Padahal selama demam yang naik-turun-naik-turun kayak roller coaster itu,

Lepaskan saja

Setiap orang memiliki ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran, kesepian, kemarahan, juga rasa sakit di dalam benaknya. Tidak ada yang tidak. Beberapa orang pandai menyimpannya, beberapa tidak. Namun bahkan penyimpan terpandai sekali pun pasti pernah tidak bisa mencegah perasaan-perasaan itu lepas. Pasti ada waktu, atau orang, atau tempat, atau keadaan, atau apa pun, yang membuat pertahanannya runtuh. Dan ketika itu terjadi... lepaskan saja.

Sesuatu tentang Pria Pendiam Bergangguan Perasaan

Adalah sebuah nama, namun aku lebih suka menyebutnya dengan dia. Iya, cukup dia. Bukan berarti aku tidak tahu dengan sebutan apa orang-orang memanggilnya. Namun karena aku tidak tepat mengenalnya, aku lebih suka menyebut cukup dengan dia saja. Dua hari ini aku tidak berhenti memikirkannya. Janggal memang. Bagaimana aku harus memikirkan seseorang yang aku tidak tahu pernah kutemui atau belum. Aku bahkan mencari begitu banyak informasi tentang dia. Dia dan halusinasi-halusinasi di antara malam-malamnya. Iya. Ibunya bercerita padaku tentang ketakutannya yang berlebihan tentang apa yang hanya ada dalam kepalanya sendiri. Suara-suara yang menakutkan, sosok-sosok yang sangar. Gangguan perasaan, begitulah seseorang di rumah sakit pernah menyarankan untuk menyebut apa yang dia alami. Dia seorang pria pendiam yang sehari-harinya suka menenggelamkan diri dengan aplikasi-aplikasi grafis. Menurut ibunya, dia tidak pintar. Namun, kemampuan desainnya luar biasa. Aku belum pernah secara kangsu

Mata Coklat dari Pulau Seberang

Langit sudah mendung saja sepagi ini. Bulan Desember akan datang sebentar lagi. Gedhe-gedhene sumber , kalau kata orang Jawa. Banyak orang bercaya bahwa di bulan kedua-belas itu air akan melimpah di mana-mana. Memang hujan sedang musim-musimnya. Aku duduk di atas motor bebek merah entah milik siapa yang diparkirkan di depan pintu masuk Bukit Tidar.  Pintu yang kumaksudkan adalah sebuah lubang hasil menjebol tembok bata pembatas. Kutopangkan daguku di kedua tangan yang kulipat di atas spidometer sambil memandangi satu persatu orang yang lewat. Jam sudah menunjukkan pukul delapan, tapi rombongan yang kutunggu belum juga datang. Hari ini Mas Harjo sakit. Jadilah aku didaulat emak untuk menggantikannya sebagai pemandu. Meski usiaku sudah menginjak sembilan belas, aku masih saja menjadi pemandu cadangan. Beberapa temanku padahal sudah mulai diberi kepercayaan untuk diperbolehkan menerima rombongan langganan. Kalau bukan karena emak, aku pasti sudah lama keluar dari dunia pemandu-perp

Menoleransi Rokok

Sampai sekarang aku masih tidak tahu apa yang keren dari sebatang rokok sampai dia begitu populer bagi kaum adam. Bahkan beberapa pria menghabiskan waktu dengan rokok lebih banyak dari pada yang dia habiskan untuk wanitanya. Bahkan beberapa pria rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk rokok dari pada untuk wanitanya. Dan mereka masih suka seenaknya memberi cap "cewek matre" tanpa pernah peduli kalau rokok itu sebenarnya --bagi orang-orang tertentu-- jauh lebih matre. Dan mereka berdemo untuk kenaikan harga BBM tanpa pernah mempermasalahkan kenaikan harga cukai rokok. Tidak adil -_-" Gambar: dokumen istimewa Salah satu temanku yang perokok pernah bilang bahwa rokok bisa membantunya berpikir lebih jernih ketika menghadapi masalah. Bahkan temanku yang lain yang sebut saja semacam seniman pernah bilang bahwa rokok itu adalah inspirasinya. Tanpa rokok, dia akan kesulitan menelurkan sebuah karya. Seorang remaja malah dengan naifnya bilang kalau merokok itu keren seb

Posisikan Mantan pada Tempatnya

Rasanya aneh ketika malam tadi aku posting soal move on , terus paginya salah satu temanku curhat soal mantan. Haha. Jadi dia dan mantannya itu berusaha menjalin hubungan baik setelah putus. Menurutku bagus sih. Bagaimana pun, sesuatu yang diawali dengan cara yang baik, harusnya berakhir juga dengan cara yang baik kan? Masalahnya, hubungan mereka berlanjut jadi terlalu dekat. Mereka masih sering keluar bareng, masih sering curhat-curhatan, hubungannya nyaris enggak berubah. Cuma statusnya sekarang sudah bukan pacaran aja. Semacam berusaha menjelma jadi sahabat gitu mungkin ya. Naif sih kalau bilang habis putus terus bisa bersikap biasa. Yaaaa... sebiasa-biasanya sama mantan tuh bisa kayak apa sih. Pasti adaaaa aja yang aneh lah ya. Aku hampir yakin kalau kalimat "persahabatan itu rentan berakhir dengan cinta, tapi cinta susah berakhir dengan persabatan" itu benar adanya. Mungkin hanya sepersekian persen saja yang berhasil bersahabat dengan mantannya, tanpa melibatkan per

Pemerintahan (nyaris) Tanpa Rakyat

Aku geli melihat pola kubu pascapemilu ini. Aku memang bukan orang yang suka terlalu ngurus politik, meski kadang suka nyinyir kalau nonton berita. Politik itu bikin pusing kalau dipikirin. Sejujurnya gegara politik Indonesia lagi anget nih, aku jadi lebih suka nonton Insert! atau Masha and The Bear sekalian sih dari pada berita. Isinya itu-itu aja. Masalahnya kayak dari dulu nggak rampung-rampung, nggak ganti juga. Nggak tumbuh. Bikin bosen lama-lama. Tapi keadaan ini parah banget. Parah dalam artian, nggatelin banget buat dikomentarin. Haha. Aku memang nggak begitu paham sih sama aturan main di dunia politik. Situasi ini entah karena kemarin yang bertarung adalah dua kubu yang nyaris sama kuat atau gimana, kayaknya bahkan sampai pemilu berakhir pun atmosfer pemilu kemarin belum kelar deh. Banyak pendukung yang kelihatan masih gagal move on . Bukan cuma dualisme di lembaga legislatif kita yang sumpah ya nggilani banget. Memalukan. Pemerintah yang sudah dilantik juga kayaknya mula

Another Start

Ini mungkin postingan terakhir untuk label Tugas Akhir. 29 Oktober 2014, aku akhirnya sampai pada titik ini. Ketika aku harus bangun pagi dan berusaha dandan sendiri untuk menghadiri sebuah acara penting. Acara yang menggiringku ke gerbang dunia nyata :wisuda. Hari itu membuatku mules. Kalau sebelumnya aku bisa sembunyi di balik statusku sebagai mahasiswa, sekarang aku harus segera mencari status baru untuk bisa dituliskan di biodata. Fuaaah!! Bismillah. Bagaimana pun, aku herus menghadapinya. Dan aku memilih menghadapinya dengan sebuah senyuman :) Masuk (foto: Ibuk) Sekeluarga (foto: mas-mas fotografer) Terima kasih untuk membawaku sampai pada titik ini, Tuhan. Terima kasih atas kesempatan ini. Semoga aku bisa mempertanggungjawabkannya dengan baik dan benar. Euforia wisuda itu cuma sebentar, tapi aku sangat menikmatinya. Orang diwisuda itu enggak boleh enggak bahagia. Kehidupan macam apa pun yang nanti akan aku hadapi, hari itu aku sangat bahagia. Bagaimana tidak? Ha

Move On: It's All About The New Me

Kata seseorang yang aku lupa siapa, move on itu hanya masalah waktu dan cinta yang baru. Lama-lama rasa sedih setelah putus cinta itu akan pudar ditelan waktu, lalu hilang begitu menemukan dia yang baru. "Some One Like You"-nya Adelle lalu menjadi soundtrack yang dianggap pas mewakili perjuangan seseorang untuk beranjak dari mantannya. Lantas beberapa temanku, entah karena alasan itu atau bukan, mulai khawatir melihatku belum memperkenalkan pacar baru. Mereka kira aku masih berkubang di masa lalu. "Dia aja udah punya pacar baru, kamu kenapa masih sendiri aja? Udah berapa tahun coba?" frontal salah satu temanku pernah bertanya. Aku bukan mau membangkang, tapi menurutku move on itu tidak bisa diukur sesederhana ada atau belum cinta yang baru, pun sebenarnya tidak serumit itu. Bahkan move on dan cinta yang baru menurutku hampir tidak ada hubungannya. Karena tidak ada indikasi jelas dari wujud sebuah move on , kenapa harus dibuktikan sih? Aku lebih suka memandang

Hilang

Ketika pijakanmu lemah, sementara kau tak punya pegangan, apa yang akan kau lakukan, Dy? Aku pergumul dengan sesuatu yang belum tentu datang. Harus bagaimana aku sekarang? Aku hilang arah, Dy. Aku tak yakin kemana harus melangkah. Sementara sesuatu yang entah itu terus mengejarku seperti singa. Seolah aku anak rusa yang hilang induknya. Aku harus berkaca pada apa, Dy? Borobudur, 15 Oktober 2014 Di bawah langit yang sama, yang dulu selalu kau nanti bintangnya.

Foto Keluarga

Foto keluarga. Sounds unimportant, eh? Apanya yang harus banget diobrolin coba dari foto keluarga? Kan cuma foto sekeluarga sih. Iya. Cuma foto lengkap bapak, ibu, dan anak-anaknya. Biasanya dipajang di tempat-tempat istimewa atau ruangan yang banyak dilihat orang, semacam ruang tamu. Biasanya menampilkan wajah-wajah beraura riang. Tidak ada lagi bapak yang galak atau ibu yang cerewet atau sulung yang pemalas atau bungsu yang manja atau yang lainnya. Dalam foto itu, semua personil hanya tampak seperti sebuah keluarga. Hanya sebuah keluarga. Pernah kepikiran nggak sih kalau ternyata banyak lho orang yang tidak punya foto keluarga. Iya. Bahkan masih banyak lho orang yang baru sadar kalau ternyata belum pernah foto lengkap sekeluarga. Padahal zaman ini, ketika Narcissus mungkin sedang bahagia di kuburnya, foto selalu menjadi sesi yang nyaris mustahil terlupakan. Tapi foto lengkap orang serumah? I don't think so. Mungkin karena saking terbiasanya bersama kali ya. Biasanya orang

Aku dan Kalian

Aku membencinya. Kau, meski selama ini diam saja, pasti tahu itu. Malam ini aku hampir meledak dibuatnya. Meski tetap saja kebencian yang sekian lama kupendam tak bisa begitu saja kuluapkan. Tidak tanpa menyakitimu, dan aku tidak mau itu. Kalian di mataku seperti sebuah pembelajaran dan kamus pantangan. Seperti kebanyakan pembelajaran, rasanya tidak menyenangkan. Iya, melihat kalian sama sekali tidak menyenangkan. Tapi, bagaima pun, sepertinya aku harus berterima kasih padamu untuk menghadirkannya dalam hidupku. Dari kalian aku belajar banyak, salah satunya tentang menilai seorang pria. Meski melihatmu aku jadi berpikir bahwa cinta mungkin memang bisa hadir seiring waktu, aku sama sekali tidak mau terjebak hubungan semu dengan pria kekanak-kanakan seperti yang harus kau habiskan di sisa hidupmu. Wanita, sekuat apa pun dia, perlu dibimbing dan bukan sebaliknya. Wanita, seberapa keras pun kepalanya, perlu dominasi pria dan bukan sebaliknya. Sementara di mataku dia terlihat seper

Pria Balik Layar

Selalu menyenangkan melihat bagaimana seorang pria berkorban diam-diam untuk wanitanya. Apalagi kalau pengorbanan itu akhirnya malah membuatnya terjebak dalam suatu situasi rumit yang menyulitkan dirinya sendiri. Melihat bagaimana dia bertahan agar segalanya terlihat baik-baik saja itu antara tersentuh dan ingin tertawa. Apalagi kalau dia lalu mati-matian meyakinkan kalau dia tidak melakukan semua itu demi si wanita demi mencegah wanitanya menyalahkan diri sendiri atas situasi yang terjadi. Apalagi kalau dia lalu sengaja menjadi mengesalkan agar si wanita berpikir kalau dia tidak peduli. Apalagi kalau dia menjadi begitu frustasi tapi mati-matian mencoba menyelesaikan segalanya sendiri Sepertinya sebagian besar pria sejati selalu menemukan harga dirinya dari pura-pura tak peduli tapi diam-diam melindungi. Sepertinya sebagian besar pria sejati selalu menemukan harga dirinya dari mengorbankan diri sendiri. Entah bawaan kromosom-Y atau apa, kaum adam seperti punya kecenderungan untuk

Muka Jelek's on Vacation #2: Lagi-Lagi, Puncak di Perbatasan Provinsi (3 end)

Resmi berpisah arah. Personil yang tadinya ada enam menjadi tinggal empat. Berempat kami turun gunung dulu, untuk naik lagi. Kali ini kami akan menempuh "jalan normal", menembus kemacetan jalur Borobudur-Jogja khas lebaran. Entah mana yang lebih parah: jalan gunung yang kecil berkelok-kelok atau jalanan kota di tengah kemacetan. Keduanya sama-sama aksesnya susah. Di bawah sini lebih bising dan lebih sumuk tapi. Next mission: Puncak Suroloyo. Suroloyo berada di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Yogyakarta. Tempat ini merupakan puncak tertinggi dari rangkaian pegunungan menoreh. Kata Wikipedia , ketinggian Puncak Suroloyo sekitar 2000 meter di atas permukaan air laut. Ada tiga pendopo di sini, yaitu: Pendopo Suroloyo, Pendopo Sariloyo, dan Pendopo Kaendran. Suroloyo biasanya ramai banget kalau bertepatan dengan malam satu suro. Ada semacam ritual di sini yang aku sendiri belum pernah melihat secara langsung. Setahuku dari cerita-cerita yang beredar, malam satu suro me