Skip to main content

Dunia Ini Keras, Nak

Hal-hal aneh yang terjadi belakangan ini membuatku ingat pada salah seorang teman yang... katakanlah dia membangun benteng pertahanan yang terlalu kokoh untuk melindungi dirinya sendiri. Dia baik, kaya, mana cantik, udah gitu otaknya encer lagi. Kalau pepatah bilang "No body is perfect", dia pasti adalah si "No-body". She is almost too perfect to be real.

Tapi namanya manusia ya. Katanya sih makin dikasih lengkap, makin ngerasa banyak kurangnya. Mungkin lantaran saking terbiasanya menjadi miss perfect, temanku satu ini jadi luar biasa perfeksionis. Dia nyaris tidak bisa menerima kesalahan sekecil apa pun, bahkan yang dia buat sendiri. Dia lalu menghapuskan demokrasi dalam kamus hidupnya. Kritik itu enggak ada.

Iya, dia akan stress berat kalau dikomentarin dikit (apalagi banyak). Dia akan mengingat komentar itu kayak wasiat. Dia akan memikirkan komentar itu dan menganggapnya genderang perang. Dia akan mati-matian mengingkari komentar itu untuk melindungi dirinya tetap terlihat sempurna.

Setdah. Aku memang tidak begitu dekat dengannya. Aku cukup tahu diri. Aku yang suka keceplosan ini selalu merasa tipe sepertinya itu terlalu rapuh untuk orang sepertiku. Fragile. Kayak cuma aku tiup aja dia bisa diam-diam sakit hati gitu. Lagian, aku capek ngeliat dia yang enggak bisa nerima kritik. Jangankan yang dia benar, yang jelas-jelas dia salah aja dia bantah mati-matian. Fuh. Kadang aku mikir, kayaknya otak anak ini keenceran terus lelah deh. Aku cuma bisa diam aja sambil ngelus dada kalau udah lihat adegan itu.

Dari pengamatanku, dia berkali-kali berganti teman dekat. Tau lah ya jaman sekolah pasti ada teman yang digandeng kemana-mana sebagai partner in crime gitu. Dalam setahun aja dia ganti pasangan sebangku sampai berkali-kali dengan alasan enggak cocok. Alamaaak. Ini anak kayaknya nge-black list orang-orang yang pernah ngritik dia gitu deh. Itu baru teman sebangku. Gimana sama pacar?

Aku aja capek ngeliatnya, gimana sama dia yang ngejalanin ya? Aku cuma mikir aja. Di mana sih tempat di dunia ini yang bisa sepenuhnya menerima kita apa adanya? Orang tua yang kenal kita dari orok aja kadang masih suka enggak terima sama kebiasaan kita gitu kan. Di mana sih tempat di dunia ini yang aman dari penilaian orang? Dia mau sampai kapan kayak gitu coba?

Doesn't it hurt her own self?

Aku percaya bahwa peduli itu adalah ketika ada seseorang yang tidak keberatan memposisikan dirinya untuk berada berseberangan dengan kita, ketika baginya kita memang sedang berada di sisi yang salah. Kepedulian itu ada pada keinginan seseorang untuk membawa kita pada sesuatu yang lebih baik, bahkan meski kita tidak suka. Jadi bagiku, kritik itu adalah sebentuk perhatian, bagaimana pun caranya menyampaikan. Karena tidak mudah untuk mengkritik. Tidak mudah untuk memberikan komentar. Minimal dia harus pernah memperhatikan dulu kan?

Anggaplah dia berkomentar karena dianya emang enggak suka, terus kenapa? Kenapa kalau ada yang enggak suka sama kita? Kalau Nabi Muhammad yang begitu mulia saja ada yang enggak suka, kenapa kita bisa-bisanya pengen semua orang akan berpihak pada kita?

Seseorang justru pernah menasihatiku untuk berhati-hati dengan orang-orang yang mengaku teman tapi mengiyakan semua yang kita katakan. Ada beberapa kemungkinan ini bisa terjadi, salah satunya justru karena dia tidak peduli. Tipe teman macam ini yang justru akan iya-iya saja waktu kita pengen mengarungi samudra dengan kapal. Pun saat dia tahu bahwa kapal yang akan kita tumpangi itu bocor. Dia tetap iya-iya saja meski kita mungkin akan tenggelam. Toh itu nggak ngefek buat hidupnya.

Tiap kali aku merasa keadaan sedang sangat menyebalkan. Ketika tiba-tiba komentar orang-orang terdengar kayak ngajak perang. Aku selalu berkata pada diriku sendiri, "Dunia ini keras, Nak. Jadilah tangguh," dan itu sering kali berhasil. Akan selalu ada orang yang enggak suka sama aku mau aku kayak gimana juga. Akan selalu ada omongan miring soal aku mau aku kayak gimana juga. Dunia ini tetap kayak kata pepatahnya meme: Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani, orang lain yang ngomentarin.

That just the way life works.

Aku malah jadi sering mikir gini, ketika semua orang jadi tampak menyebalkan, yang salah mungkin bukan mereka, tapi caraku mencerna apa yang mereka katakan. Mungkin aku sedang terlalu sensitif sehingga merespon berlebihan. Ya... aku toh enggak bisa mengatur apa yang harus orang pikirkan tentang aku. Tapi aku bisa mengatur apa yang aku pikirkan soal penilaian mereka. Aku memilih untuk fokus pada yang aku bisa.

Dunia ini keras, Nak! Jadilah tangguh.

Ngomong-ngomong, aku penasaran sama kehidupan temanku itu sekarang. Semoga dia menemukan cara untuk memaknai kesempurnaan dengan tepat dan bersyukur pada kelebihannya yang bikin cewek lain mupeng itu.

Borobudur, 29 November 2014
Dien Ihsani
Menikmati gerimis sambil menunggu seseorang mengantarkan kabar gembira :)

Comments

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih