Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2015

Rindu yang tak bisa kucegah datang

Waktu telah lama berlalu, namun aku masih selalu berdoa untuk kebaikanmu. Kau apa kabar? Lihatlah! Aku baik-baik saja. Aku tumbuh jauh lebih dewasa dari yang dulu pernah kau kenal. Oh iya. Maaf untuk rindu yang kadang tak bisa kucegah datang. Entah kenapa mengenangmu rasanya masih menyenangkan. Kisah tentangmu sekarang masih saja berhasil membuatku penasaran. Santai saja. Aku sudah menemukan jalanku untuk berlalu. Kau macam benda di museum. Kutengok bukan untuk kujumput ulang. Kemang, 1 Maret 2015 Dien Ihsani

Tentang Rindu Pulang

Bepergianlah, maka kau akan tahu artinya rumah. Iya, seperti itu. Kadang segala sesuatu akan terlihat lebih indah kalau sudah berbalut rindu. Soal rindu rumah, aku selalu jadi ingat seseorang. Namanya, sebut saja Bintang. Dia suka sekali langit malam. Terlebih ketika di atas sana gemintang cemerlang tanpa awan. Dia sering memberitahuku sebuah teori yang entah dia dapat dari mana, tentang udara malam akan terasa dingin ketika langit cerah. Aku, kadang, diam-diam mengiyakan. Hingga ketika malam terasa dingin, kadang aku ngglegakke melongok ke luar demi memastikan langit beneran cerah atau tidak. Sering kali iya. Oh iya, soal rumah. Bintang selalu bilang bahwa keluarga adalah orang-orang yang mustahil kita benci bahkan ketika kita sedang sangat marah. Tempat itu, dengan segala peraturannya, dengan segala ego masing-masing kepala, kadang memang terasa busuk. Menyebalkan. Kadang memang rasanya kayak bikin pengen pindah. Kadang. Bagi beberapa orang mungkin sering. Tidak semua orang puny

Jakarta, Lontong Sayur, dan Satpol PP ;Travelling Pertama

Travelling , rasanya banyak orang yang akan mengamini kalau aku bilang hobi yang satu ini menyenangkan. Hampir bisa dibilang travelling adalah hobi sejuta umat. Siapa sih yang tidak suka jalan-jalan? Pun aku. Travelling masuk dalam salah satu daftar panjang hobiku.  Hobi yang sering dianggap butuh banyak modal ini belum lama aku geluti. Travelling pertama yang membuatku kecanduan untuk melakukan travelling-travelling berikutnya terjadi pada tahun 2011 lalu. Undangan untuk menghadiri acara sebuah komunitas membuatku harus pergi ke Jakarta. Meski jarak Jakarta-Semarang memang cukup untukku disebut sebagai musafir, namun kota itu bagiku sebenarnya terbilang masih terjangkau. Aku pernah beberapa mengunjungi saudaraku yang tinggal di sana sebelumnya.   Lalu apanya yang istimewa?   Bagiku, pembeda antara travelling dengan hanya bepergian itu terletak pada prosesnya. Pergi ke rumah saudara itu hanya sebuah acara bepergian. Sampai rumah, lalu sudah. Ketika dari bepergian itu

Kepada Hati

Hai, kau! Apa kabar? Sepertinya belakangan ini aku mulai terlalu banyak bicara hingga lupa mendengar. Aku terlalu banyak mendongeng hingga larut, lantas lupa menengok pesan yang kau selipkan di sela malam. Masih hidupkah kau? Lantas kenapa tak lagi kutemukan geletar yang dulu selalu kunikmati denyutannya itu? Sakitkah kau? Matikah kau? Kukilas satu persatu perkara yang bersebaran di meja makan. Beberapa terbang hingga lantai, lantas terinjak entah kaki siapa. Aku sungguh rindu masa saat menyentuhmu terasa begitu mudah. Aku sungguh rindu masa saat kau bangunkanku ketika malam belum katam pulang, dan aku tak pernah merasa harus marah bahkan meski saat itu mimpiku tengah begitu indah. Coba beri tahu, apa yang seharusnya kulakukan untuk mendengar suaramu lagi, hati. Aku lelah kalah membuka mata dari matahari. Borobudur, 14 Februari 2015 Dien Ihsani

Path Kita Masing-Masing

Setiap hal di dunia ini punya path -nya masing-masing. Kadang bersisian satu sama lain. Pun kadang saling lepas sama sekali. Seperti tak sengaja kita saling menemukan di satu waktu, lalu terpisah sekat entah di waktu-waktu lain. Seperti hari ini ketika dimana-mana bertaburan coklat dan warna merah jambu, Jakarta tak mau kalah romatis dengan melapisi jalanannya dengan "coklat cair". Atau seperti ada orang yang sedang bahagia-bahagianya, ada juga yang kehilangan di waktu yang sama. Atau seperti pemerintah yang sedang memperdebatkan kehormatan golongannya masing-masing, sementara ada sekian ratus bayi mati lantaran kurang gizi. Atau sederhananya saja, seperti berita pernikahan dan perceraian artis di satu acara infotainment yang sama. Lantas kenapa? Yaaa... enggak papa sih. Aku hanya berpikir bahwa ironi itu sesuatu yang paling alami untuk terjadi. Ya itu tadi. Bahwa setiap hal di dunia ini punya path -nya masing-masing. Bahkan hal-hal yang kelihatannya berkaitan macam sen

Semarang Tanpa Kalian, Apa Akan Tetap Sama?

Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, sekaligus (kata Wikipedia ) kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Meski aku enggak tahu kenapa kok masih sering enggak masuk dalam daftar "kota-kota besar di Indonesia" versi audisi-audisi pencarian bakat dan atau road show acara-acara televisi yang disiarkan live . Kalah sama Jogja dan Makassar yang enggak masuk daftar kota metropolitan versi wikipedia itu #mbuletmbulet Padahal kata KBBI, kota metropolitan adalah kota besar yang menguasai daerah sekelilingnya dengan adanya kota satelit dan kota pinggiran. Menurut logika matematika, berlaku implikasi jika metropolitan maka kota besar. Blablabla #kemudiangumoh Ah, lupakan. Dengan atau tanpa kalian, Kota Pelabuhan ini akan tetap menjadi Kota Atlas yang selalu bergerak menuju aman, tertib, lancar, asri, dan sehat. Dengan atau tanpa kalian, Semarang akan tetap punya musim hujan, musim kemarau, dan musim banjir yang kadang

Berbahagia Sajalah

Tidak semua hal di dunia ini bisa berjalan seperti apa yang sebelumnya direncanakan. Artinya gagal? Tidak juga. Berjalan di luar rencana dan tidak berjalan sama sekali itu adalah satu dan lain hal. Jadi, melenceng bukan gagal to ya? Aku bukan sedang berceramah, aku benar-benar bertanya. Ketahuilah, sama sekali tak ada yang aku sesalkan. Kuharap kau juga. Kayaknya ada pepatah yang bilang bahwa kita tidak perlu menyesali segala yang pernah kita lalukan, tapi sesalilah hal-hal yang tidak kita lakukan. Iya. Aku akan menyesal kalau tidak kutunjukkan pada dua malaikatmu yang sungguh sangat kuhormati itu bahwa aku turut bahagia dengan berita yang kudengar. Aku sungguh-sungguh ikut bahagia. Senyum yang kupasang seharian tadi sungguh bukan pura-pura. Rasanya memang aneh melihatmu duduk di sana. Rasanya memang aneh menemukanmu sesekali melirik ke tempatku berada. Rasanya memang aneh mendapati tatapan dua malaikatmu yang seolah menyimpan kalimat tak terucapkan. Tapi aku justru merasa leg

Begini Kira-Kira Kami Mengartikan Perpisahan, Wahai Para Pria "Minggatan"

Aku sepertinya mulai mengerti kenapa pria suka "minggat". Iya, minggat. Pergi tanpa pamit itu, namanya minggat kan? Jadi aku kenal beberapa teman pria yang entah kenapa, lebih suka pergi diam-diam. Mereka bilang perpisahan itu rempong. Bahkan perpisahan sama orang yang paling dekat sekali pun. Pamitan itu ya cukup sama orang tua aja. Makanya enggak ada angin enggak ada hujan, tiba-tiba mereka juga udah enggak ada aja. Udah hilang entah di mana. Temanku ada yang beberapa waktu lalu menggemparkan dunia persilatan karena dia mendadak pindah, tanpa ada yang benar-benar tahu ke mana. Aku yang diketahui sebagai salah satu orang terdekatnya menjadi sasaran cecaran pertanyaan, yang hanya bisa aku jawab dengan pertanyaan juga. Aku cuma tahu dia mau pergi, tapi dia sama sekali enggak bilang kapan dan tepatnya ke mana. Aku bahkan baru tahu kalau dia sudah benar-benar pergi ketika orang-orang tanya. Lalu aku mulai menyadari kalau dia "minggat" ketika yang tanya sama aku

Bunga dan Kumbang: Jalan yang Paling Ringan Rasa Sakitnya

Persahabatan pria dan wanita adalah hubungan yang rentan. Intensitas kebersamaan sering kali membuat rasa memiliki lancang datang. Apa benar-benar ada pria dan wanita yang bersahabat tanpa melibatkan perasaan apa-apa? Mungkin. Iya. Aku sendiri punya beberapa sahabat pria, dan hubungan kami baik-baik saja. Meski memang harus aku akui bahwa kadang ada interaksi yang tampak lebih dari sekedar teman. Kadang memang ada rasa-rasa kelewat batas yang datang di luar kuasa kami--atau mungkin aku-- mencegah. Seperti bantuan, simpati, pengorbanan, perhatian, atau kecemasan-kecemasan yang berlebihan untuk ukuran teman. Kadang-kadang memang ada hal-hal semacam itu. Terlebih wanita katanya adalah makhluk yang paling enggak bisa meninggalkan perasaan. Begitulah. Namun percayalah bahwa perasaan yang ada tak harus perasaan-yang-seperti-itu. Tahu kan maksudku? Aku pikir, kami memang layak saling menyayangi. Bagaimana pun, waktu memang akan menumbuhkan kenangan-kenangan yang membuat kami sulit le