Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

Labirin sang Waktu

Hidup ini seperti teka teki. Kita tak pernah tahu apa yang akan kita temui berikutnya. Kita tak pernah tahu bagaimana akhirnya, bagaimana caranya, sebelum kita mencoba menyelesaikannya. Bukan, bukan mencoba. Tapi kita berusaha menyelesaikannya. Dan kemenangan dalam hidup adalah ketika kita berani mengakhiri apa yang pernah kita mulai. Ketika kita berjuang dengan semua yang kita miliki untuk menyelesaikan teka-tekinya. Kita hampir sama sekali tak pernah tahu jalan seperti apa yang akan kita pijak berikutnya. Tapi toh kita tetap melangkah. Kita tak pernah membayangkan ketakutan macam apa yang akan membayangi hidup kita selanjutnya, tapi toh kita pernah melewati yang semacam itu dan selamat. Kita tak pernah tahu akhir macam apa yang akan kita alami, tapi toh kita tak bisa berhenti. Tetap melaju ke garis akhir. Aku sering tak mengerti kenapa aku tak pernah mencoba berhenti. Aku berani bertaruh semua manusia yang mempunyai kewarasan pernah terlintas untuk berlari pun hanya sekali. Tapi e

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.
Kadang aku merasa hidup makin lama makin aneh saja. Saat ada hasrat aneh menjalar dalam dadaku tiap kali melihat sepasang manusia yang tengah menggetarkan dawai rasa mereka. Seperti itu aku ingin dia ada. Aku merindu tanpa sepengetahuannya. Mungkin itu dosa atau apa. Tapi rindu ini tak pernah habis kubagi. Gerogoti hati yang kusisakan secara pasti. Tuhan... Aku ingin berjalan maju. Bagaimana bisa jika hatiku tertinggal di masa lalu? Sekali ini bukakan mataku. Ada seseorang di sana menungguku bangun. Bagaimana bisa kulukai orang itu demi sesuatu di masa lalu? Dosakah aku? dalam dilema rasanya yang membelenggu. Aku ingin mencintainya setulus yang dia pinta. Aku ingin menjaganya seperti yang dia lakukan untukku. Aku ingin melihatnya tertawa bahagia. Aku ingin di sisinya hingga habis waktuku. Menyambut uluran tangannya.. Tapi bagaimana bisa jika hatiku tertinggal jauh di masa lalu??? Aiiudien, 19102010

Bersamamu semalam tadi

Semalam, Angin di luar sana membahana. Langit ramai oleh pestanya. Kotaku gelap mempesona. Siapa peduli? Hatiku toh asyik dengan gelegarnya sendiri. Tersenyum oleh rasa yang tak pernah bisa kumengerti. Saat untaian katamu membuncahkan emosiku, aku tergugu. Tertawa ragu. Ini bukan kamu yang biasanya.. bukan ini. Entah mana yang asli, siapa peduli.. Aku toh menikmati tertawa bersamamu semalam tadi. Hatiku sibuk dengan gejolaknya sendiri. Tak peduli rintik yang mulai bertubi-tubi menghantam teras kamarku, Aku menikmati tertawa bersamamu. Kau yang itu, Dirimu yang semalam kau perlihatkan padaku. Meski tak pernah terjadi saat kita benar-benar bertemu, sesuatu dalam untaian katamu membuatku memandangmu berbeda. Bukan kamu yang biasanya. Akankah hari ini aku terbangun dari mimpi dan menemukan dinginmu lagi?? Siapa peduli? Toh aku menikmati dirimu semalam tadi. Pun tak kupungkiri, ingin kutahan dirimu yang itu pergi. Karena pesta hatiku mulai terasa lain. Kau yang membuatnya.. Tertawa bersamam

Tuhan.... aku salah sangka

Saat hatiku terlena oleh bisik egoku. Dunia pernah terasa terhenti dalam hampa. Terjebak.. Aku membencinya, semuanya. Mataku buta melihatnya. Hanya hitamnya tampak begitu nyata. Aku membencinya, semuanya. Saat tiba waktunya egoku lelah bersuara. Aku terpana. Bukan oleh pesonanya. Aku tepana oleh diam hatiku. Hening.. Tuhan… Aku salah sangka. Aku terlanjur membencinya. Aku terlanjur berkata di belakangnya. Dan kini.. Saat mataku terbuka, aku terlanjur menutup hatiku darinya. Janggal rasanya jika harus kubuka tiba-tiba. Tuhan… Ampuni aku. Tak sanggup aku meminta maaf darinya. Karena aku membenci tanpa sepengetahuannya. Ternyata aku salah sangka. Aku salah menilainya. Aiiudien, 06102010

di Sini, di Rumah yang bernama, bersama mereka

Aku tak tahu jalan mana yang ingin dan harus kutempuh. Di tempat yang ak menyesal berada di dalamnya ini, aku justru merasakan arti sebuah keluarga. Di tempat yang aku tak ingin meninggalkannya ini juga aku merasa terpenjara. Haruskan hudengarkan kata mereka? Mulai membangun pagar dunia seperti yang mereka ajarkan. Tapi aku takut kehilangan diriku. Aku takut masa laluku tak lagi mengenalku. Bagaimana kalau justru aku yang akan melupakan masa laluku? Tuhan... Bisakah aku tetap di sini sebagai diriku yang ini? Pun kutahu pasti diriku tak punya tempat di sini. Tuhan... Bisakah aku bertahan lebih lama tanpa mendengarkan mereka? Aku mencintai mereka dan diriku sama besarnya. Aku harus apa??

celoteh tentang bintang

Kau sering berceloteh tentang dunia. Dunia yang kini kau berpijak di atasnya. Duniamu sendiri. Dunia yang sering kudengar tapi tak bisa kumasuki. Entah bagaimana kau bisa terlihat lebih bahagia di dalam sana. Suaramu terdengar lebih indah saat kau menceritakannya. Tapi matamu, Kau kehilangan sinar itu. Sinar yang selalu membuatmu begitu menarik. Sinar yang tak pernah redup pun kau tengah menangis. Dimana? Duniamu menghisap pelan sinar mata indahmu. Aku merasa kehilangan tiap kali kau mulai kembali memasuki duniamu sendiri. Kau seperti terkurung dalam bola kristal abadi. Tak bisa kusentuh, Tak bisa kuikuti. Bintang, Aku merindukanmu. Ingin kutarik kau kembali ke dunia yang bisa kumengerti. Ingin kuminta kembali sinar mata yang duniamu bawa pergi. Karena meski tak sebahagia yang kau miliki, Tak sesempurna saat kau terkurung di dalam sana, Dunia kita, Dunia ini, Dunia yang bersama bisa kita mengerti, Memberimu sinar untuk tetap menjadi Bintang. Memberimu tawa un

di Gerbang Kedewasaan

Ketika akhirnya aku sadari waktu telah membawaku ke sebuah gerbang yang belum pernah kubuka sebelumnya, aku tergugu haru. Tak yakin aku kemana harus melangkah. Cahaya itu tampak terlalu jauh.. pun kadang bahkan jemariku sanggup merasakan hangatnya begitu nyata. Hari ketika aku tahu jika dewasa bukan lagi sebuah pilihan, bukan lagi sebuah angan, bukan lagi sebuah masa depan.. Hari ketika waktu memaksaku menghadapi dunia nyata, membangunkan aku dari mimpi indahku yang terlalu panjang, mendorongku pada sebuah masa yang dulu aku sebut masa depan. Aku mengingat-Mu saat itu. Tanpa-Mu aku hanya debu yang terbawa hembusan waktu. Tuhan... Jika ini yang telah Kau tuliskan, bantu aku menjalaninya. Bantu aku mempertanggungjawabkannya. Aku mengingat-Mu di hari itu. Dadaku sesak oleh napas kuasa-Mu. Saat kusimak lagi jalan hidupku dulu, Kuucap seuntai do;a setulus hatiku. "Tuhan, terimakasih untuk hidup yang pernah Kau beri untukku. Terimakasih untuk jalan yang Kau buka untukku. Bantu aku,