Rasanya aneh ketika malam tadi aku posting soal move on, terus paginya salah satu temanku curhat soal mantan. Haha. Jadi dia dan mantannya itu berusaha menjalin hubungan baik setelah putus. Menurutku bagus sih. Bagaimana pun, sesuatu yang diawali dengan cara yang baik, harusnya berakhir juga dengan cara yang baik kan?
Masalahnya, hubungan mereka berlanjut jadi terlalu dekat. Mereka masih sering keluar bareng, masih sering curhat-curhatan, hubungannya nyaris enggak berubah. Cuma statusnya sekarang sudah bukan pacaran aja. Semacam berusaha menjelma jadi sahabat gitu mungkin ya.
Naif sih kalau bilang habis putus terus bisa bersikap biasa. Yaaaa... sebiasa-biasanya sama mantan tuh bisa kayak apa sih. Pasti adaaaa aja yang aneh lah ya. Aku hampir yakin kalau kalimat "persahabatan itu rentan berakhir dengan cinta, tapi cinta susah berakhir dengan persabatan" itu benar adanya. Mungkin hanya sepersekian persen saja yang berhasil bersahabat dengan mantannya, tanpa melibatkan perasaan apa-apa. Bahkan mungkin nyaris enggak ada.
Karena perasaan itu kayak rumput teki. Pas kemarau dia bisa seolah mati, lalu begitu hujan datang dia tumbuh lagi. Nah pas putus dulu kan kita nggak tahu sih akar perasaannya itu emang beneran udah mati, atau cuma pura-pura mati lantaran hubungan yang kadung gersang. Jadi, bersahabat dengan mantan itu hubungan yang rentan. Not recommended.
Masalahnya jadi makin rumit karena si mantan ini mulai punya gebetan, dan konyolnya dia curhat ke temanku. FYI, temanku yang cewek. Iya, benar bahwa wanita itu adalah makhluk yang paling suka menengok ke belakang. Entah merindukan sesuatu, atau sekedar mengenang. Namun kadang bagi wanita, menengok kenangan itu sama pentingnya kayak lihat spion sebelum menyeberang.
Singkat cerita, cinta mantannya temanku ke gebetannya itu bertepuk sebelah tangan. Temanku, sebagai sahabat, berusaha menghiburnya. Si cowok tidak cukup peka untuk menyadari bahwa wanita punya tingkat kecemburuan yang sangat tinggi. Mendapati kenyataan bahwa posisinya sudah ada yang menempati saja menyebalkan. Apalagi melihat orang yang pernah menganggapnya istimewa, sekarang sedih karena wanita lain dan datang padanya seolah dia benar-benar bukan lagi siapa-siapa.
Si cowok tidak cukup peka untuk menyadari bahwa wanita adalah lautan rahasia yang paling dalam. Lebih mudah bagi wanita tertentu untuk membohongi dirinya sendiri ketimbang mengaku kalau dia sakit hati. Harga diri. Hari itu mantannya temanku minta ditemani tanpa pernah tahu kalau wanita yang sedang menghiburnya itu di saat yang sama juga sedang menyakiti dirinya sendiri. Nyesek. Hari itu mungkin justru sebenarnya temanku yang lebih butuh dihibur. Hari itu mungkin sebenarnya temanku yang lebih terluka. Namun dia berusaha bersikap seolah dia baik-baik saja. Dan berhasil. Mantannya begitu saja percaya kalau temanku memang baik-baik saja.
Dan pria masih enggak tahu kenapa mereka sering dibilang enggak peka -_-
Catatlah baik-baik bahwa enggak boleh musuhan sama mantan itu bukan berarti harus menjadikannya sahabat. Kalau nggak yakin bisa istiqamah, mending memasukkannya ke dalam daftar teman biasa saja. Tidak perlu mengambil resiko terlalu tinggi. Iya kalau dua-duanya jatuh cinta lagi. Kalau cuma salah satu? That's really bad idea.
Tidak ada yang salah dari berhubungan baik dengan mantan. Sesekali bertegur sapa dan menanyakan kabar juga sangat dianjurkan. Tapi bersahabat? Bahkan sampai dijadikan teman curhat? I don't think so.
Masalahnya, hubungan mereka berlanjut jadi terlalu dekat. Mereka masih sering keluar bareng, masih sering curhat-curhatan, hubungannya nyaris enggak berubah. Cuma statusnya sekarang sudah bukan pacaran aja. Semacam berusaha menjelma jadi sahabat gitu mungkin ya.
Naif sih kalau bilang habis putus terus bisa bersikap biasa. Yaaaa... sebiasa-biasanya sama mantan tuh bisa kayak apa sih. Pasti adaaaa aja yang aneh lah ya. Aku hampir yakin kalau kalimat "persahabatan itu rentan berakhir dengan cinta, tapi cinta susah berakhir dengan persabatan" itu benar adanya. Mungkin hanya sepersekian persen saja yang berhasil bersahabat dengan mantannya, tanpa melibatkan perasaan apa-apa. Bahkan mungkin nyaris enggak ada.
Karena perasaan itu kayak rumput teki. Pas kemarau dia bisa seolah mati, lalu begitu hujan datang dia tumbuh lagi. Nah pas putus dulu kan kita nggak tahu sih akar perasaannya itu emang beneran udah mati, atau cuma pura-pura mati lantaran hubungan yang kadung gersang. Jadi, bersahabat dengan mantan itu hubungan yang rentan. Not recommended.
Masalahnya jadi makin rumit karena si mantan ini mulai punya gebetan, dan konyolnya dia curhat ke temanku. FYI, temanku yang cewek. Iya, benar bahwa wanita itu adalah makhluk yang paling suka menengok ke belakang. Entah merindukan sesuatu, atau sekedar mengenang. Namun kadang bagi wanita, menengok kenangan itu sama pentingnya kayak lihat spion sebelum menyeberang.
Singkat cerita, cinta mantannya temanku ke gebetannya itu bertepuk sebelah tangan. Temanku, sebagai sahabat, berusaha menghiburnya. Si cowok tidak cukup peka untuk menyadari bahwa wanita punya tingkat kecemburuan yang sangat tinggi. Mendapati kenyataan bahwa posisinya sudah ada yang menempati saja menyebalkan. Apalagi melihat orang yang pernah menganggapnya istimewa, sekarang sedih karena wanita lain dan datang padanya seolah dia benar-benar bukan lagi siapa-siapa.
Si cowok tidak cukup peka untuk menyadari bahwa wanita adalah lautan rahasia yang paling dalam. Lebih mudah bagi wanita tertentu untuk membohongi dirinya sendiri ketimbang mengaku kalau dia sakit hati. Harga diri. Hari itu mantannya temanku minta ditemani tanpa pernah tahu kalau wanita yang sedang menghiburnya itu di saat yang sama juga sedang menyakiti dirinya sendiri. Nyesek. Hari itu mungkin justru sebenarnya temanku yang lebih butuh dihibur. Hari itu mungkin sebenarnya temanku yang lebih terluka. Namun dia berusaha bersikap seolah dia baik-baik saja. Dan berhasil. Mantannya begitu saja percaya kalau temanku memang baik-baik saja.
Dan pria masih enggak tahu kenapa mereka sering dibilang enggak peka -_-
Catatlah baik-baik bahwa enggak boleh musuhan sama mantan itu bukan berarti harus menjadikannya sahabat. Kalau nggak yakin bisa istiqamah, mending memasukkannya ke dalam daftar teman biasa saja. Tidak perlu mengambil resiko terlalu tinggi. Iya kalau dua-duanya jatuh cinta lagi. Kalau cuma salah satu? That's really bad idea.
Tidak ada yang salah dari berhubungan baik dengan mantan. Sesekali bertegur sapa dan menanyakan kabar juga sangat dianjurkan. Tapi bersahabat? Bahkan sampai dijadikan teman curhat? I don't think so.
Borobudur, 04 November 2014
Dien Ihsani
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!