Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2013

Dia Hanya Manusia

                Kadang kita bisa jatuh cinta pada orang yang bahkan belum kita kenal. Kita tahu ada sesuatu darinya yang berbeda. Dia memiliki magnet yang medannya menggetarkan. Menarik hidup kita berpaling padanya. Karena mata, telinga, punya radar yang juga bisa menangkap gelombang asmara.                 Kita mendekat. Entah bagaimana pun caranya. Kita lihat dia sebagai sosok yang sempurna. Semua yang dia lakukan indah di mata kita. Kesalahannya akan tampak seperti kewajaran yang membuatnya tetap menjadi manusia. Kekurangannya terlihat seperti celah dimana kita merasa bisa melengkapinya. Kelemahannya kan jadi kesempatan kita melindunginya.                 Kita lupa kalau dia hanya seorang manusia…                 Tapi…                 Ketika ada kesempatan membawa kita mendekat padanya. Mengenalnya. Bahkan memilikinya, waktu seolah tanpa ampun mengikis rasa. Tak peduli betapa dulu kita menginginkannya, toh jenuh itu akhirnya datang juga. Tak peduli betapa manis dulu jan

Ingin Kuantar Kau ke Pusara

Andai kita baik-baik saja, sungguh ingin kuantar kau ke pusara. Hingga antara kita bisa kuurai tanpa kata. Banyak pernyataan, juga pertanyaan, yang tak mampu kuungkap dengan bahasa manusia. Tentang kita. Tentang dia. Tentang kau. Tentang aku. Tentang takdir yang menyepakati kita satu pun mustahil menyatu. Kau tenang di sana, ha? Semoga tak ada dendam yang ikut kau bawa. Jaga priaku baikbaik di sana ya. Titip salam: aku rindu dia. Bilang pada Tuhan bahwa aku sedang berusaha lupa apa yang ada antara kita. FSM, 21 Juni 2013 Dien Ihsani

Rumah Lama

Lama tak menyentuh rumahku ini. Ada banyak yang membiaskan waktuku di luar sana. Entah aku harus mulai dari mana. Mungkin membersihkan sarang laba-laba yang mulai kusam di pojokpojok sunyi yang kutinggalkan. Atau meniupi debu yang meyumbui perabotan. Atau memperbaiki jam agar waktuku lagi lagilagi berhenti lagi? Lalu aku duduk, tak melakukan apapun sampai terkantuk. Cawangsari, 16 Juni 2013

Kalkulasi Kedai Kopi

Satu, dua, tiga... Entah. Hitunganku terhenti di antah berantah. Di mana pada satu sisinya pernah kau tinggal janji tentang penanti remah roti. Andai meleburmu semudah menyeduh secangkir kopi, pasti sudah kusebar rinduku di ujung jalan itu dan merelakanmu hilang. Hingga hitunganku buntu, lalu terbang. Satu, dua, tiga... Entah. Hitunganku terhenti di antah berantah. Namun tak lekas kubuka mata tuk temukan di mana kau berada. Hingga tak perlu kususuri sepisepi yang mungkin kau pakai sembunyi. Meski kau mulai menjelma aroma kopi. Dan remah roti. Dan penanti. Dan kalkulasi detakku sendiri. Dan... Ah, sudahlah. Satu, dua, tiga... Entah. Hitunganku tak lagi mau berhenti di antah berantah. Banjarsari, Juni 2013 Dien Ihsani B uletin perdu edisi #8 (Juni 2013)

Hujan di Senja Bulan Juni

            Dulu, tak ada yang lebih kurindukan selain hujan di senja Bulan Juni. Seingatku, dulu jarang sekali hujan turun pada bulan keenam ini. Sampai-sampai penyair kawakan negeri ini mengisahkannya dalam sebuah puisi: Tak ada yang lebih tabah daripada hujan Bulan Juni...             Mungkin pengaruh perubahan iklim, seperti yang selama ini disangkakan para ahli. Meski kadang aku pikir, Tuhan menggeser hujan ke Bulan Juni untuk menjawab doa-doa yang selalu kulayangkan pada senja. Ah, sudahlah. Bukankah rindu seorang gadis saja tak mungkin bisa memaksa alam berubah? Dulu pernah aku pikirkan, jauh lebih mudah andai saja aku bisa jadi Gumiho, rubah berekor sembilan di legenda China Kuno yang bisa mendatangkan hujan hanya dengan tangisnya. Namun aku tak bisa, makanya aku undang hujan lewat do’a. Ah, bukankah kata Pak Usta z , memang hanya lewat sana kita bisa meminta? Lalu entah bagaimana senja di Juni tahun ini sering se kali kutemui hujan, hingga aku mulai nyaris bos