Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Belum-Belum Sudah Nostalgia

Ternyata benar apa yang dulu mbak kosku pernah bilang, jadi mahasiswa semester tua itu nggak enak. Sama sekali enggak enak. Feel mahasiswanya udah nggak sama lagi. Kampus jadi tempat yang enggak asik lagi. Sepi, meski secara denotasi justru sebaliknya. Apalagi pas masa-masa mahasiswa baru (maba) masih banyak-banyaknya tugas gini. Mereka udah kayak jamur aja menggerombol dimana-mana. Dari tempat yang lazim kayak taman atau perpustakaan, sampai koridor mereka penuhin. Udah kayak yang punya kampus aja. Ngebetein. Iya, maba itu ngebetein. Aku nggak suka sama maba karena mereka kayak ngingetin aku kalau aku semakin tua. Aku nggak suka sama maba karena mereka suka ngumpul dimana-mana. Ha! That's the point . Aku nggak suka maba karena mereka suka ngumpul dimana-mana, sementara teman ngumpulku udah pada kemana-mana. Aku kangen teman-temanku. Serius. Deeply . Jadi mahasiswa semester tua itu nggak enak. Sama sekali enggak enak. Bukan cuma gara-gara skripsi yang dari tahun kapan

Supporter yang Budiman

Malam ini Indonesia bahagia. Dimana-mana aku melihat selebrasi. Di tivi, di kosanku, di kosan sebelah, di timeline, di beranda, dimana-mana. Indonesia juara 1 AFF lagi setelah (katanya) 22 tahun berlalu. Kalau salah, maaf. Aku bukan penggemar bola. Apapun, aku ikut bahagia. Setelah dua kali perpanjangan, 9 kali tanding pinalti, menang dengan selisih 1 gol itu luar biasa. Diiringi "jebret" sang komentator, disambut tangis orang sestadion, dimeriahkan gema "Alhamduuuu.... lillaaah" yang entah dari mana. Asli! Buatku yang jarang banget nonton sepak bola ini, pertandingan Indonesia vs Vietnam tadi adalah pertandingan paling mendebarkan. Jauh lebih mendebarkan daripada final piala dunia. Jauh lebih mendebarkan daripada nunggu nilai ujian keluar. Aku sampai hampir nggak yakin jantungku kuat nahan deg-degan sejak Vietnam ngegolin di pinalti pertama. God, masih empat kali lagi .  Ternyata aku salah. Ada adu pinalti season 2. Udah kayak sinetron aja. Rasanya pengen bi

Puisi di Pagi Hari

Kemaren, mendadak temenku yang biasa aku panggil Cinta (ini nama asalnya dari mana kami sama-sama lupa) ngirimin puisi panjang ke wall facebook-ku. tepaki jalan prinsip itu memang tak ringan, bergeronjal, menanjak, dan penuh liku bukan hanya itu, berpapasan, bersebrangan, dan berbalap, tergantung penepak jalan it sendiri, akan terus berjalan sesuai dg prinsipnya, ataukah justru akan berbalik arah mengikut yang tengah berpapasan? ataukah berbelok menuju arah yang tak tau kemana ia berjalan? atau justru berhenti karna takut akan semua yang tengah membalapnya? jiwa yang tangguh bukanlah yang mampu mengalahkan lawan, tapi yang mampu menepak jalan prinsipnya.. selamat berjuang...:D 17 September 2013  Ah, aku terharu total. Haha. Apa dia mengasihaniku yang selalu bilang bingung sama jalan hidupku? Hahaha. Mungkin. Kadang bocah menyebalkan ini memang bisa menjadi a nice guy ever . Kalau pas dia lagi kesurupan jin baik aja sih. Haha Pagi itu aku emang lagi galau berat. Mas

Pacar Baru

Ini minggu-minggu awal aku bikin skripsi. Di tempatku sih namanya tugas akhir. Apapun lah. Bagiku terdengar sama-sama menakutkan. Tadinya aku mau ambil ini makhluk nanti aja pas semester 8, tapi entah bagaimana kronologinya, aku toh akhirnya mencantumkan namanya di KRS-ku semester 7. Beberapa temanku bilang aku *labil* , lainnya bilang hebat, aku sendiri merasa sedikit gila. Ah, apalah arti aksi gila di hidupku yang kadung random ini. Aku pikir, dengan memasukkan namanya dalam salah satu daftar di KRS-ku saja, semua sudah akan berakhir. Aku salah besar. Jalanmu masih panjang, Nak. Kegilaan satu itu justru awal kegilaan-kegilaan selanjutnya. Ternyata makhluk berinisial TA ini juga butuh pendaftaran ulang. Jadi aku harus daftar dulu ke salah satu dosenku yang menjadi koordinator TA. Halah. Rempongnya kau ini, Nak. Aku tahu itu aja secara nggak sengaja dari seorang teman yang bertanya, “Kamu udah daftar TA?” Waktu itu aku jawab aja, “Belum. Emang terakhir kapan sih?” Pada

Sebuah Pencarian

Banyak buku yang berisikan profil orang yang pernah saya baca menyebutkan " Jangan pedulikan perkataan orang lain, ini tentang hidupmu " dalam salah satu pesannya. Ketika saya membaca, rasanya seperti mudah sekali kedengarannya. Apalagi saya sendiri sebenarnya tipe orang yang cuek. Tipe orang dengan pandangan ini-saya-apa-adanya-terus-situ-mau-apa . Tapi meski berbekal basic seperti itupun tetap saja sulit untuk tidak mempedulikan apa yang orang lain katakan. Trlebih jika orang lain itu bukan sembarang orang. Ketika dia adalah orang yang sama sekali tak ingin saya kecewakan, bagaimana bisa saya tidak mempedulikan apa yang dia katakan? Bahkan meski penilaiannya berlawanan dengan apa yang saya inginkan, saya tak bisa menolah diri saya untuk mempedulikannya. Saya tak bisa mencegah diri saya untuk menimbangnya, lalu bingung sendiri. Saya rasa semua orang pernah mengalami fase ini. Si permberi pesan yang profilnya dibukukan itu pun saya yakin pernah berada pada posisi ini.