Ada sebuah perasaan lucu setiap kali merasa sembuh dari sakit. Seperti tiba-tiba senang mengecap-ngecap makanan dengan lidah yang mulai berkurang pahitnya, menepuk-nepuk wajah yang suhunya mulai menyesuaikan suhu udara, keluar rumah dan kaget melihat cahaya matahari. Lucu sekali.
Bahwa di balik setiap rasa sakit seolah Allah sedang menitipkan pesan agar aku ingat bersyukur atas sehat yang selama ini diberikan. Bagaimana selama ini setiap kali makan dan minum aku lebih peduli pada bagaimana rasa makanan dan minuman tersebut dari pada kenyataan bahwa lidahku baik-baik saja. Giliran kegigit baru kerasa kalau punya lidah. Giliran sakit baru tahu kalau lidah pahit, jus pun diminum rasanya jadi pahit.
Ini demam terlama yang pernah aku alami :delapan hari. Mantap.
Dan kemarin, aku mencoba mengingat-ingat apa yang selama 8 hari tersebut aku alami, tidak banyak yang benar-benar aku ingat. Hampir semua samar-samar. Padahal selama demam yang naik-turun-naik-turun kayak roller coaster itu, aku sempat ke Semarang, sempat mengambil cap, sempat transfer ke bank, sempat menyerahkan undangan, sempat belanja sepatu, bahkan sempat melakukan inteview.
Namun semuanya jadi kayak cuma mimpi panjang tadi malam. Aku bisa ingatnya ngawang. Pada tahap ini aku hanya bisa berdoa dan percaya bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Ah, entahlah. Aku bersyukur semua itu sudah berlalu. Benar kata pepatah, "Everything means nothing if you were sick." Aku makan beef steak plus diskonan coklat panas aja enggak bikin aku girang kayak biasanya. Masakan padang porsi besar dan anggur merah ranum saja tidak berhasil menggoda iman. Adanya cuma pengen tidur, terus tidur, sama tidur lagi. Ya ampuuun. Berapa banyak entah kenikmatan dunia yang sudah aku lewatkan selama delapan hari lalu.
Syukurlah semua sudah berlalu. Rasanya seperti lahir kembali. Haha
Bahwa di balik setiap rasa sakit seolah Allah sedang menitipkan pesan agar aku ingat bersyukur atas sehat yang selama ini diberikan. Bagaimana selama ini setiap kali makan dan minum aku lebih peduli pada bagaimana rasa makanan dan minuman tersebut dari pada kenyataan bahwa lidahku baik-baik saja. Giliran kegigit baru kerasa kalau punya lidah. Giliran sakit baru tahu kalau lidah pahit, jus pun diminum rasanya jadi pahit.
Ini demam terlama yang pernah aku alami :delapan hari. Mantap.
Dan kemarin, aku mencoba mengingat-ingat apa yang selama 8 hari tersebut aku alami, tidak banyak yang benar-benar aku ingat. Hampir semua samar-samar. Padahal selama demam yang naik-turun-naik-turun kayak roller coaster itu, aku sempat ke Semarang, sempat mengambil cap, sempat transfer ke bank, sempat menyerahkan undangan, sempat belanja sepatu, bahkan sempat melakukan inteview.
Namun semuanya jadi kayak cuma mimpi panjang tadi malam. Aku bisa ingatnya ngawang. Pada tahap ini aku hanya bisa berdoa dan percaya bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Ah, entahlah. Aku bersyukur semua itu sudah berlalu. Benar kata pepatah, "Everything means nothing if you were sick." Aku makan beef steak plus diskonan coklat panas aja enggak bikin aku girang kayak biasanya. Masakan padang porsi besar dan anggur merah ranum saja tidak berhasil menggoda iman. Adanya cuma pengen tidur, terus tidur, sama tidur lagi. Ya ampuuun. Berapa banyak entah kenikmatan dunia yang sudah aku lewatkan selama delapan hari lalu.
Syukurlah semua sudah berlalu. Rasanya seperti lahir kembali. Haha
Borobudur, 26 November 2014
Dien Ihsani
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!