Skip to main content

Posts

Terbaru

Cerita Tentang Jakarta

Bagiku, pindah dari daerah ke ibu kota itu bukan sesuatu yang sederhana. Jujur aja, pada masanya Jakarta bagiku hanyalah sebuah nama. Tempat yang tak pernah aku bayangkan akan aku injak dalam waktu lama. Gedung dimana-mana. Orang-orang tergesa. Damn plat B ( mine damn too now ) memenuhi jalanan~ . Dan ternyata, ketika alurku benar-benar menambatkan aku di Jakarta, every single things even worse . Bukan cuma kotanya yang ga aku banget; tapi juga lingkungannya. Pola pergaulannya. Orang-orangnya. Guyonannya. Semua. Semesta Jakarta seolah sengaja diciptakan bukan untuk pribadi macam aku. Sungguh sulit bagiku yang selama kuliah 4 tahun di Semarang yang sebenernya ga kampung-kampung amat tapi masuk mall bisa dihitung jari, jadi anak yang hampir setiap minggu minimal sekali masuk mall. Ya Allah berapa kali pada masanya setiap bulan aku selalu bilang, “Aku kangen ADAAAA..” (anak Semarang pasti ngerti). Sulit buat anak yang
Recent posts

Aku Pengen Nikah Aja! Yakin?

Pada masanya aku adalah gadis yang suka galau di setiap kesempatan. Gerimis dikit, curhat. Dingin dikit, bikin tulisan. Begitulah. Meski basically aku males pacaran, tapi pengen deh rasanya punya seseorang biar ga cuma bisa nyender di pintu kaca ya kaan. Sampai tiap kali capek kuliah, di kosan selalu bilang, “Aku pengen nikah aja deh rasanya!” And time flies until me, my self, doesn’t realize. You come. Dan di sinilah aku sekarang. Menjadi seorang istri dan ibu dari satu anak. Menjalankan peran berbeda praktis membuatku melihat dunia dengan cara yang tak lagi sama. Pemikiranku berubah. Pertimbanganku berubah. Me on the old years be like: KULIAH LUAR NEGERI. Belajar TOEFL. Cari les-lesan. Cari beasiswa. Jurusan pariwisata biar bisa jalan-jalan dan memajukan sektor pariwisata Indonesia pada umumnya dan Borobudur pada khususnya. Udah kayak latar belakang skripsi aja kan. Me nowadays: kalau kuliah di luar negeri, anak nanti yang urus siapa ya? Suami gimana ya?

Tips Memilih Dokter Kandungan

Aku berniat bikin tulisan ini sejak lama sebenernya. Cuma baru kesampaian. Padahal alhamdulillah Lasma sudah satu setengah tahun sekarang. Hahaha. Tapi gapapa lah ya. Walau harus mengais-ngais ingatan, siapa tahu bisa memberikan pencerahan kepada mamak-mamak di luar sana yang sedang bingung mencari dokter kandungan. Karenaaa menemukan dokter yang tepat itu kayak nemu oase di padang sahara. Nyari dokter itu sama kayak nyari jodoh! Cocok-cocokan banget. Kalau udah nemu, kekep! Sebelumnya, ada yang pernah bingung ga sih cari dokter itu harusnya yang kayak gimana? Terus ketemu sama dokter tuh harusnya ngapain? Semakin cari review semakin bingung karena

Tentang Keputusan Menikah, Adakah yang Aku Sesali?

Beberapa kawanku sebentar lagi mau nikah. Senangnya. Wanita yang sebentar lagi mau menikah itu auranya sama: sumringah. Melihatnya saja sudah membuatku ikut bungah. Terlebih kalau dia mulai menceritakan bagaimana perjalanan mereka hingga dia memutuskan pasrah saat terjebak dalam euforia menikah. Terperangkap selamanya dengan satu pria yang sama. Insya Allah. “Penjara” apa lagi yang bisa lebih indah? Aku serius waktu kubilang itu penjara yang indah. Itu jebakan yang menyenangkan. Yaaaa setidaknya hingga beberapa tahun pertama, katanya. Aku bahkan belum katam tahun pertama, jadi aku tidak akan banyak komentar soal momok prahara tahun-tahun berikutnya. Hahaha Kembali ke rencana menikah. Mendengar mereka bercerita selalu mengingatkanku pada ceritaku sendiri. Kalau diingat manis-manis geli. Memutuskan untuk menikahi orang yang sebelumnya bahkan sama sekali tidak kamu kenali? Ya ampun. Dulu aku pasti menilai gegabah orang sepertiku. Dan itu juga yang menjadi pertanya

Seruang yang Tak Siapa pun Harus Mengerti

Semua kita punya seruang kosong yang tak bisa diisi apa pun. Semua kita punya seruang terkunci yang tak bisa ditengok siapa pun. Seruang yang mungkin pernah penuh, lantas jenuh. Seruang yang mungkin pernah utuh, namun runtuh. Semua kita berhak menyembunyikan segala yang ingin dia sembunyikan di sana. Termasuk diri kita sendiri ketika rindu yang entah tetiba memanggil-manggil untuk berpaling ke belakang. Ke waktu-waktu yang tak kalah entah. Ke memori-memori yang tak sengaja tersimpan. Pun sengaja disimpan. Mungkin tentang seseorang. Mungkin juga tidak. Mungkin ada kerinduan. Mungkin juga tidak. Mungkin ada yang tertinggal. Mungkin juga tidak. Karena segala hal memang datang dan pergi. Segala hal berganti. Meski beberapa datang untuk pergi ;namun tak terganti. Dan tak siapa pun harus mengerti. Ciputat, 19 April 2017 Dien Ihsani

Tanyatanya; Jawabjawab

Bagaimana jika aku kehilangan diriku sendiri lantas lupa cara menemukanku kembali? Aku merupa manusia biasa. Menjelma sama dengan sekumpulan fana. Idealisme kubiarkan padam demi ideal. Lantas langkahku belok ke norma normal. Bagaimana jika dalam upayaku menggapai pegangan justru aku hilang pijakan? Aku lupa arah. Aku jadi sekadar melangkah. Aku sekadar mencari; tanpa tahu apa yang benar-benar dicari. Semua yang aku temui hanya menjadi yang datang lantas pergi. Hanya sesuatu untuk sebentar mengisi, untuk kemudian kutinggal mencari.   Lagi. Lagi. Hidupku menjadi hanya putaran waktu. Kubiarkan hanya sebagai detak-detak yang berlalu. Aku terlalu sibuk dengan bising, hingga lupa mendengarkan suaraku sendiri. Aku terlalu sibuk jawabmenjawab, hingga lupa pada tanyatanyaku yang biasa kaya. Jakarta, 10 Maret 2017 Dien Ihsani