Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2013

Semoga Digemateni

Sekarang aku tahu kenapa ibuku selalu mendoakan, "Semoga di sana digemateni, Nduk ," tiap kali aku pamitan mau menetap di suatu tempat baru. (Digemateni: disayangi, dirawat. jawa) Karena memang menyenangkan ketika banyak orang yang memerhatikan kita. Banyak yang menanyakan, "Sudah makan belum?" di siang hari saat kita melakukan sesuatu maupun sedang enggak ngapa-ngapain itu rasanya kece. Di sini aku kayak punya banyak om dan tante baru. Hahaha. Meski kadang dimanipulasi untuk mengantar surat-surat keluar, aku suka kok. Aku jadi bisa jalan-jalan keliling kantor. Ngeceng, siapa tahu ada vitamin A gratis di jalan *dzeg! Daripada bengong nggak tahu mau ngapain pas orang-orang kelimpungan sama tugasnya masing-masing kan ya. Namanya juga anak lapangan. Paling nggak bisa kalau disuruh nggak ngapa-ngapain. Duduk diam itu menyebalkan. Mending tidur kan kalau sama-sama harus diam. Haha. Aku jadi punya rencana untuk mendoakan hal yang sama ke anakku kelak. Kayak ibuku

Nemu di Catatan #6

Jika rindu adalah waktuwaktu yang tak mampu beradu, bisa apa aku tuk melebur kau dan aku jadi satu? Jarak ini makin lama makin lebar. Hingga rasaku luber lalu hambar. Jurang ini menggali dirinya sendiri dan kubiarkan diriku berdiri di titian yang kau tinggal pergi :menanti. Rindu inikah yang kan membawamu kembali seperti caranya dulu perlahan membawamu pergi? B201, 20 Juni 2013 Dien Ihsani

Meminta atau Memberi

Kata berita di salah satu stasiun televisi swasta yang aku dengar sore tadi, pengemis di Bandung tidak mau diberi pekerjaan sebagai tukang sapu karena gaji yang dijanjikan jauh lebih kecil daripada uang yang mereka dapatkan dari hasil mengemis. Jadi tukang sapu, mereka hanya dijanjikan UMR Rp700.000,- perbulan, sementara hanya dengan menengadahkan tangan di jalanan seharian mereka bisa dapat Rp500.000,- setiap harinya (atau hingga 15juta/bulan). Sekarang, manusia mana sih yang rela meninggalkan penghasilan sebegitu besar demi sebuah pekerjaan yang boleh dibilang tak terlalu menjanjikan? 15juta perbulan itu W-O-W banget lho! Jangankan sama tukang sapu, sama kuli, sama petani, orang gaji ibuku yang PNS aja enggak sampai segitu. Nggak perlu sekolah, nggak perlu modal, cukup bertampang memelas saja, then voila! Nyaris kayak magic . Jelas mereka nolak lah ya dikasih kerjaan sebagai tukang sapu. Gimana sih pemerintah Bandung? Janjikan lah kerjaan sekaliber CEO perusahaan besar kalau mau

Nemu di Catatan #5

Seperti gelap yang mengetuk pintu kamarkamar perawan Hendakkah kau menjadikan Maryam padahal kau bukan Tuhan? Sementara dalam bilikmu seorang wanita berbaring sendirian. Mungkin angannya berteman hampa. Sisi tempat tidurnya dingin. Prianya lembur hingga esok pagi. Katanya begitu. Nyatanya angin lebih tahu. Dimana entah, 21 Mei 2013

Nemu di Catatan #4

Aku lelah mengeja katakata yang kau umbar hingga hambar. Menyulap salah terlihat benar. Di antara belukar ini aku dicekoki dasar negara. Didendang lagulagu bangsa. Dipaksa hormati sang saka tanpa tahu kenapa. Sementara dia hanya diam di ujung tiang bendera. Kibarnya tak lagi cukup tinggi terhalang cakar-cakar langit yang mencengkeram tanah pribumi. Sementara suara Bung Tomo yang dulu cumbui sudutsudut negeri pun getari sendisendi hati kini berputar saja di kakikaki gedung tinggi tuan-tuan berdasi. Mendengung bersama suara bising rakyat yang dipaksa bungkam tapi membangkang. Lalu dibiarkan saling teriak tanpa sedikitpun didengar. Bangsaku hambar. E101, 02 April 2013 Dien Ihsani

Nemu di Catatan #3

Malam tak pernah mempertanyakan mengapa matahari tak pernah menyentuhnya, meski kadang dilepasnya bulan datang di haribaan siang. Tak seperti kita, terlalu banyak kata. Pantai tak pernah menolak dibuai ombak, meski pada akhirnya harys dia lepas lagi riaknya ke samudra. Tak seperti kita, terlalu banyak kata. Dimana entah, 22 April 2013 Dien Ihsani

Nemu di catatan #2

Sepi ini pernah mengusirku hingga mati. Pun padanya juga kupasrahkan nafasku terenggut habis. Menjumput asa yang siasia. Luput aku pada penghambaan tanpa batas kata. Apalah bahasa.. Doaku bisa meluncur tanpa benarbenar terucap. Pun terkecap. Apalah waktu. Saat haribaanku adalah Kau. Berpasrah. Sudah. Lelah pada egoku yang sempat tak hendak kalah. Dimana entah, 17 April 2013 Dien Ihsani

Kau dalam Dia

Eh, kau tahu deja vu? Saat kulihat kau dalam dia nyaris kukira fatamorgana Awalnya hanya serupa saja Siapa kira bahkan motor kesayanganmu pun persis miliknya? Warna kesayanganmu, yang tak kau akui, lalu jadi kesayanganku, juga ada padanya. Dimensi fraktalkah? Sudah kubilang harusnya kau percaya bahwa fraktal bukan sekedar bualanku saja. Imajinasiku liar, memang. Kadang. Tapi kali ini jelas bukan. Lucu ya? Kadang kukira kau menjelma jadi dia. Surokonto Kulon, 01 Agustus 2013

Berdamai dengan Sikap Tak Menyenangkan

Apa aku udah bilang kalau aku udah mulai PKL? Jum'at ini hari ketiga aku menjalankan misi suci itu. Setelah semua perjuangan yang menguras air mata *halah* itu, rasanya amazing bisa duduk di ruangan ber-AC yang ada papan "Kasubag Program" menggantung di depan pintu. Yang aku rasakan pertama adalah lega. Yang kedua bingung. Yang ketiga senang. Lalu ketiganya menjadi sebuah rasa syukur yang dalam. Setelah semua yang aku lalui, gila kali ya kalau aku enggak mensyukuri ini? Terlebih di sana menyenangkan. Aku mendapatkan keluarga yang ramah dan baik. Jadi enggak begitu kerasa sendiriannya. Haha. Tim program ada sembilan orang. Aku yang kesepuluh. Boleh nggak sih aku sebut diriku penggenap? *Dzeg! Hahaha* Kali ini bukan PKL-nya yang akan aku ceritakan. Di sana menyenangkan. Itu saja. Lebih dari itu, tadi ada sebuah pelajaran yang mendadak aku sadari. Subbag Program itu konon adalah tim yang sibuk. Emang sibuk. Hari ini saja berkali-kali aku dengar salah satu, sal

Sebelum Menyesal

Pernah dengar kan lima perkara sebelum lima perkara? Ada sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, lapang sebelum sempit, kaya sebelum miskin, dan hidup sebelum mati. Kali ini aku mau sedikit beres nih (ehem). Urusan dengar mendengar, yakin deh kayaknya hampir semua pasti sama kalimat itu familiar. Tapi pernah nggak memahami maknanya? Karena sebenarnya lima perkara sebelum lima perkara itu benar-benar bukan sekedar lirik lagu semata. Sung.  (Kalau kata temenku anak Tegal, sung tuh artinya sumpah). Kalau belum, mulai sekarang, coba deh dipahami dalam-dalam. Mereka sebenarnya merujuk pada sesuatu yang kita bisa menyebutkan dengan mencegah-penyesalan. Mereka sebenarnya membahas soal waktu. Pernah nggak sih mengalami hal-hal aneh seharian bersamaan? Waktu itu bisa berubah sesuka dia. Bener-bener sesuka dia. Kayak evolusi manusia yang konon membutuhkan waktu ribuan tahun lamanya. Atau pembentukan batu bara yang menghabiskan hitungan jutaan. Sementara hal-hal lain terjadi sepersekia

Air Mata Terakhir

Kemarin, beberapa menit habis aku posting tentang Air Mata Pertama,  ada sms masuk dari salah satu mantan mbak kosku yang kebetulan dulu pernah sekamar sama aku. Agak terharu juga sih dapet tanggepannya bukan komentar di postingannya atau ke fb dimana aku share, tapi langsung sms. Haha. Isinya kurang-lebih gini: "Cieee yang habis nangis gara-gara dosen. Kamu ternyata bisa nangis to? Hebat banget ya. Mantan kamu aja ga berhasil bikin kamu nangis lho." Hahahaha. Kandani og. Kurang istimewa bagaimana coba si Mister Kind ini. Aku pernah dibikin nangis orang itu bisa dihitung pake jari lho. Jarang banget. Bukan lantaran jarang orang yang mau bikin nangis aku lho ya tentunya. Banyak lah yang tanpa dibayar pun bakal dengan senang hati bikin aku nangis. Aku nyadar diri kok betapa menyebalkannya aku ini. Sayangnya jarang banget yang berhasil. Huahaha *merasa hebat* Entah apa akunya yang enggak punya perasaan atau gimana ya. Belakangan bahkan acara motivasi aja udah nggak memp

Air Mata Pertama

Ternyata makhluk satu ini nggak cuma menguras tenaga dan pikiran doang, tapi juga sukses menguras air mata. Nahlho! Apa-apaan ini belum-belum udah melomelo. Ini bukan soal pacar baruku yang aku dedikasikan satu folder di leptopku khusus untuknya itu. Belum. Ini soal..mm..mungkin semacam selingkuhan ya. PKL. Praktek Kerja Lapangan, anak tiri yang entah kenapa tiba-tiba show on minta banget diperhatiin. Bayangpun satu minggu aku habiskan cuma buat ngejar-ngejar tanda tangan satu orang yang mahapenting di dunia per-PKL-an. Sebut saja Mister Kind. Nama adalah sebuah doa, kan? Setelah beberapa hari lalu dia sukses masuk dalam mimpi indahku, pagi tadi dia membuatku menangis kayak bocah kehilangan mainan. Sumpah demi apa. Aku jarang banget lho nangis. Lalu Mister Kind ini dengan cool -nya menjadi satu dari sedikit oknum yang pernah bikin aku nangis. Jengjeeeeeeenggg….!!! Format proposalku salah. Format surat izinku salah. Atau aku yang salah? Entah. Bisa bayangin, udah ba