Skip to main content

Buaya Darat #1

Guys, pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang, juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi.

Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih dulu, buaya jantan tidak akan mencari betina lain untuk dikawini. Hebat ya? Malah boleh dibilang lebih setia dari beberapa oknum manusia.

Di sini aku penasaran, perilaku buaya betina apa juga sama? Entah. Tak ada sumber yang menceritakan soal itu. Sepertinya para ahli terlalu fokus pada stigma kesetiaan pria sampai lupa meneliti yang betina atau istilah buaya darat terlalu menarik sampai publikasi mengenai perilaku buaya betina tak terlalu diminati, aku tidak tahu.
Sumber: Dokumen Istimewa

Bertolak belakang dengan istilah ini, orang Betawi justru menggunakan buaya sebagai simbol kesetiaan di samping herapan kelanggengan rumah tangga. Roti buaya, pasti pernah dengar juga kan? Adat Betawi mensyaratkan calon mempelai pria memberikan roti buaya untuk calon mempelai wanita sebagai simbol kalau dia akan setia selamanya. Tradisi ini sepertinya merunut pada perilaku buaya di habitat aslinya.

Sumber: Dokumen Istimewa

Nahlho, bagaimana bisa ya ada dua -kalau boleh aku istilahkan- kebudayaan atau kebiasaan yang slack begini? Dimana yang satu bertentangan dengan yang lain.

Berbagai sumber menyebutkan bahwa sejarah istilah buaya darat berawal dari Desa Soronganyit, sekitar Jember. Jadi pada tahun 1971, di sana terdapat sebuah tambak buaya yang tidak disebutkan siapa nama pemiliknya. Pada suatu hari pemilik tambak kehilangan satu ekor buaya jantan. Tentu saja hal itu membuat desa itu gempar. Buaya yang hilang itu bisa berada dimana saja dan melukai bahkan memangsa warga. Mungkin karena takut, warga mulai melakukan hal yang aneh-aneh seperti mengurung diri di rumah, meminta perlindungan ke dukun, dan lain-lain.

Singkat cerita, pada bulan ketiga setelah menghilang, akhirnya buaya tersebut ditemukan di desa tetangga yang lingkungannya cukup kering kekurangan air. Orang-orang heran bagaimana buaya tersebut bisa bertahan hidup tanpa air selama tiga bulan. Buaya jantan itu mandi kucing* dengan buaya betina yang entah datang darimana, yang tentu saja bukan pasangannya yang sah. Lebih parahnya lagi, betina yang baru ini ternyata seumuran dengan anak si buaya jantan. Beberapa warga bergumam, "Dasar buaya," melihat kejadian janggal yang agak lucu itu. Sejak saat itu, dimulai dari desa Soronganyit, jika ada lelaki yang punya affair dengan perempuan yang bukan pasangannya, ungkapan "dasar buaya" masih sering digunakan.

Kisah ini mengingatkanku pada pepatah "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Hanya karena satu oknum buaya, semua buaya jantan jadi kena batunya. Bahkan banyak lho orang yang mengira buaya banar-benar hewan yang suka berganti-ganti pasangan. Kasihan ya si buaya.

*Istilah mandi kucing aku pakai sesuai versi aslinya. Aku juga masih tidak begitu paham maksudnya. Kalau di KBBI adanya mandi kerbau yang artinya mandi tanpa membersihkan diri. Jadi hanya membasahi tubuh saja, seperti mandi bebek kalau istilah jawanya. Mungkin artinya sama. Kalau ada yang lebih tahu, tolong dikoreksi.


Banjarsari, 16.12.13
Dien Ihsani

Comments

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.