Bepergianlah, maka kau akan tahu artinya rumah. Iya, seperti itu. Kadang segala sesuatu akan terlihat lebih indah kalau sudah berbalut rindu.
Soal rindu rumah, aku selalu jadi ingat seseorang. Namanya, sebut saja Bintang. Dia suka sekali langit malam. Terlebih ketika di atas sana gemintang cemerlang tanpa awan. Dia sering memberitahuku sebuah teori yang entah dia dapat dari mana, tentang udara malam akan terasa dingin ketika langit cerah. Aku, kadang, diam-diam mengiyakan. Hingga ketika malam terasa dingin, kadang aku ngglegakke melongok ke luar demi memastikan langit beneran cerah atau tidak. Sering kali iya.
Oh iya, soal rumah. Bintang selalu bilang bahwa keluarga adalah orang-orang yang mustahil kita benci bahkan ketika kita sedang sangat marah. Tempat itu, dengan segala peraturannya, dengan segala ego masing-masing kepala, kadang memang terasa busuk. Menyebalkan. Kadang memang rasanya kayak bikin pengen pindah. Kadang.
Bagi beberapa orang mungkin sering.
Tidak semua orang punya suasana rumah yang menyenangkan, begitu juga rumah bintang. Entah berapa kali Bintang mencari-cari kesibukan di akhir pekan demi menemukan alasan untuk tidak pulang. Toh orang tuanya tak begitu peduli ke mana dia pergi. Mereka selalu sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
"Buat apa sih pulang kalau di rumah juga sendirian? Karuan di kosan kan, banyak temen," kata Bintang suatu kali padaku.
Kadang rasanya aku pengen bilang ke Bintang kalau dia pasti salah paham. Orang tuanya pasti sebenernya peduli. Hanya saja mereka mungkin punya cara sendiri. Terlebih Bintang anak lelaki tertua di rumahnya. Mungkin mereka pengen Bintang belajar mandiri.
Tapi aku tahu Bintang tak perlu nasihat itu.
Suatu hari Bintang bilang padaku bahwa kadang, setelah berpekan-pekan dia habiskan untuk mencari kesibukan, dia akan pengen pulang. Bahkan jika dia tahu tak akan ada yang menyambutnya di rumah. Dia kangen pulang, itu aja.
Dia sengaja pergi untuk menumbuhkan rindu. Dia sengaja pergi untuk menemukan alasan untuk kembali ketika seolah tak seorang pun menunggu.
"Emang kita bisa pulang ke mana lagi kalau bukan ke rumah?" selorohnya kala itu.
Bintang benar. Rindu adalah alasan yang lebih dari cukup untuk membuat segala sesuatu terasa lebih berarti, bahkan ketika kita punya lebih banyak alasan untuk membenci.
Aku tidak setangguh dia. Aku belum-belum udah kangen rumah. Bahkan tanpa perlu pura-pura sibuk dulu biar enggak bisa pulang.
Terlebih di sini enggak ada yang ngomelin kalau bangun siang. Haha
Cisalak, 26 Februari 2015
Dien Ihsani
Spesial untuk Bintang, terima kasih pemahamannya ;)
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!