Skip to main content

Sebelum Menyesal

Pernah dengar kan lima perkara sebelum lima perkara?
Ada sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, lapang sebelum sempit, kaya sebelum miskin, dan hidup sebelum mati.

Kali ini aku mau sedikit beres nih (ehem).

Urusan dengar mendengar, yakin deh kayaknya hampir semua pasti sama kalimat itu familiar. Tapi pernah nggak memahami maknanya? Karena sebenarnya lima perkara sebelum lima perkara itu benar-benar bukan sekedar lirik lagu semata.

Sung. (Kalau kata temenku anak Tegal, sung tuh artinya sumpah).

Kalau belum, mulai sekarang, coba deh dipahami dalam-dalam. Mereka sebenarnya merujuk pada sesuatu yang kita bisa menyebutkan dengan mencegah-penyesalan. Mereka sebenarnya membahas soal waktu. Pernah nggak sih mengalami hal-hal aneh seharian bersamaan? Waktu itu bisa berubah sesuka dia. Bener-bener sesuka dia.

Kayak evolusi manusia yang konon membutuhkan waktu ribuan tahun lamanya. Atau pembentukan batu bara yang menghabiskan hitungan jutaan. Sementara hal-hal lain terjadi sepersekian detik saja. Pernah lihat acara macam CCTV di Trans 7 atau On the Spot atau acara-acara macam itu yang kadang menayangkan bagaimana seseorang bisa selamat dari maut?

Iya, kadang yang menentukan sesuatu terjadi atau enggak itu cuma menghabiskan ga lebih dari hitungan detik.

Waktu keren ya?

Sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, lapang sebelum sempit, kaya sebelum miskin, dan hidup sebelum mati. Itu benar-benar momen yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya mulai dari SEKARANG. Iya, S-E-K-A-R-A-N-G. No delay, no pending.

Kenapa sih, Ay, kamu ngomongin hal serem macam gini?

Karena saya sedang sakit sodara-sodaraaa! Iya, manusiawi banget. Sadar kalau sudah disentil sama Yang Di Atas.

Kata ibuku, jangan suka meremehkan hal-hal sekecil apapun. Cuma luka gores kudapat dari srempetan minggu lalu, yang membuat sedikit kulit di kaki kiriku mengelupas saja sudah membuatku kesusahan melakukan banyak hal. Pakai sepatu susah, jalan susah, mandi susah, wudhu susah, bahkan cuma main ke air terjun aja susah bukan main.

Mendadak aku mencintai kakiku yang dulu. Tak peduli sama betis gebug maling atau kulit hitam gegara sering malas pakai kaos kaki. Kakiku tetap lebih seksi tanpa perban yang kadang membuatku terlihat keren. Hahaha. *gubrag!

Betapa selama ini aku lupa bersyukur bisa lompat kesana-kemari. Aku lupa bersyukur bisa begajikan macam orang kebanyakan obat. Semua itu sungguh terasa nikmat sekarang. Siapa yang peduli kalau kakiku nggak seseksi punyaan anak-anak ceribel? Mereka berfungsi sebagaimana mestinya saja harusnya aku udah berterimakasih sebanyak-banyaknya kan sama Tuhan?

Lalu pagi tadi, saat kakiku masih belum bisa lepas dari perban untuk bisa pakai alas kaki, bagian belakang telingaku nyeri luar biasa. Aku kena penyakit khas pancaroba: gondongan. Kayak anak kecil aja ya? Haha.

Gondongan ini memang hanya penyakit menular yang tidak berahaya. Dari beberapa referensi yang aku baca, penyebabnya biasanya adalah virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.

Rasanya? Haha. Jangan ditanya. Badan meriang, ngilu, nyeri, ah begitulah.


Lalu khas anak kos adalah kangen rumah banget ketika sedang enggak enak badan. Itu nyata banget. Ketika tak seorang pun beranjak mengobati sementara kita tak mampu mengobati diri sendiri itu rasanya kayak nggak ada yang peduli. Sementara ibuk yang biasanya jadi tempat merengek berada nun jauh di sana.


Aku nggak merasa berhak membebani telinga seorang pun untuk mendengarkan rengekanku. Tidak selain ibuku. Cukup ibuk saja. Tapi ibuk ada jauh di Magelang tercinta sana. Huaaaa. Sedih.

Sesorean tadi yang bisa kulakukan cuma uring-uringan di dalam kamar menahan sakit. Enggak tau mau ngapain. Enggak tau gimana caranya ngobatin. Enggak ada yang nawarin makan. Enggak ada yang nganter ke dokter. Enggak ada yang rewel nyuruh aku harus ini harus itu nggak boleh ini nggak boleh itu.


Sakit dan jauh dari rumah itu menyebalkan. Enggak peduli sesepele apapun sakitnya. Tetep lebih enak sehat.


Aku jadi ngerasa nol banget. Selama ini apa aku peduli keadaan orang rumah kayak gimana? Gara-gara kegiatan di Semarang, terus lama enggak pulang. Libur dua hari doang mah males capek di jalannya, ga peduli ibuk udah sms beberapa kali nanyain, "Kapan pulang?". Sekarang aku pengen pulang.. Pas kayak gini aja baru inget pulang.


Merasa kuat lalu seolah akan selalu sehat. Merasa mandiri lalu seolah nggak butuh orang lain lagi. Padahal sendiri itu kadang-kadang enggak enak sama sekali. Hedeh.

Mana sakitnya pas banget aku dua hari ini punya 3 ujian, lalu lusa harus PKL di Disparta. Jadi wanita karir yang berangkat pagi pulang sore. Kapan istirahatnya? Gimana kalau enggak sembuh-sembuh? Aku mau tanya sama siapa? *sedih


Itu baru sakit begini. Itu baru enggak ada waktu luang yang kayak gini. Belum suatu saat nanti ketika aku benar-benar udah punya tanggung jawab sendiri. Belum kalau tiba-tiba aku mati.


Hiaaaaa. Aku punya apa?


Rumahku makin tak terjangkau lagi. Ibuk makin tak bisa menolongku lagi.


Aduh. Kalau kayak gini aja baru ketakutan sama macem-macem. Baru inget Tuhan. Baru merasa kecil. Selama ini kamu kemana, Ay? Sekarang kamu simpan kemana sombongmu yang sok sibuk, berasa karena lembur, lalu merasa pantas setengan 7 baru subuhan? Terus tidur lagi tanpa sedikitpun rasa bersalah.


Lha sekarang kamu simpan kemana kebangaanmu pada apa yang pernah kamu capai sampai seolah semua itu kamu dapat karena kamu mampu? Sampai lebih suka pamer, jingkrak-jingkrak bilang hore ketimbang Alhamdulillah. Ketimbang bersykur karena masih dikasih kesempatan.

Ha? Sombongmu itu kamu simpan kemana?

Payah! -_-"



Banjarsari, 21 Oktober 2013

Dien Ihsani

Comments

Post a Comment

Semua di sini adalah opini. Let's discuss!

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih