Skip to main content

Air Mata Terakhir

Kemarin, beberapa menit habis aku posting tentang Air Mata Pertama, ada sms masuk dari salah satu mantan mbak kosku yang kebetulan dulu pernah sekamar sama aku. Agak terharu juga sih dapet tanggepannya bukan komentar di postingannya atau ke fb dimana aku share, tapi langsung sms. Haha. Isinya kurang-lebih gini:

"Cieee yang habis nangis gara-gara dosen. Kamu ternyata bisa nangis to? Hebat banget ya. Mantan kamu aja ga berhasil bikin kamu nangis lho."

Hahahaha. Kandani og. Kurang istimewa bagaimana coba si Mister Kind ini. Aku pernah dibikin nangis orang itu bisa dihitung pake jari lho. Jarang banget. Bukan lantaran jarang orang yang mau bikin nangis aku lho ya tentunya. Banyak lah yang tanpa dibayar pun bakal dengan senang hati bikin aku nangis. Aku nyadar diri kok betapa menyebalkannya aku ini.

Sayangnya jarang banget yang berhasil. Huahaha *merasa hebat*

Entah apa akunya yang enggak punya perasaan atau gimana ya. Belakangan bahkan acara motivasi aja udah nggak mempan sama aku. Kadang aku ngeri juga sih. Serem nggak sih mendiagnosis diri sendiri enggak punya hati? Kesannya kok aku apatis banget gitu ya.

Bahas tentang nangis, tiap orang pasti punya hal-hal tersendiri yang selalu bisa bikin nangis. Sementara aku? Sampai sekarang untungnya aku nggak ngerti spesifikasi hal yang pasti bikin aku nangis. Biasanya sih lebih ke gara-gara marah, kesel, bingung, jengkel, atau hal-hal macam itu ketimbang gara-gara sedih.

Kenapa mbak kosku bisa bilang begitu? Karena yap. Aku nyaris belum pernah nangis gegara mantanku yang terakhir itu selama kami pacaran hampir dua tahun. Bahkan pascaputuspun, sampe sekarang aku sama sekali ga mengeluarkan air mata buat itu lho!

"Aduh, maaf ya, Bro. Bukannya kamu nggak berarti. Bukannya dulu aku enggak sayang. Pas kita putus, aku beneran ngerasa kehilangan kok sebenernya."

But somehow, just you isn't enough to make me cry.

Padahal kata siapa entah, "Cewek itu aneh. Bahkan kalau dia yang minta putus, pasti dia juga yang bakal nangis." Aku jadi ragu. Antara pepatah itu ngawur, atau aku bukan cewek. Haha.

Mbuh yaa. Nangis gara-gara cowok itu dari dulu aku pikir nggak penting banget. Kalau diinget-inget, aku nangis gara-gara dia tuh baru 3x. Ketiga-tiganya nangis sendirian di kamar gara-gara jengkel. Mungkin karena pada dasarnya dia pria yang baik dan hampir enggak pernah kasar. Wahaha. Panjang nih kalau bahas dia. Next post aja. Aku ada rencana mengenang dia di sini memang.

Ciri-ciri cewek gagal move on? Emmm.. liat aja nanti.

Back to the topic. Mbahas nangis lagi.

Bahkan dulu, pas papa meninggal, aku sama sekali nggak nangis lho. Percaya nggak? Aku aja enggak percaya. Sumpah. Geje ya? Nangis tuh beberapa bulan abis kejadian, pas tiba-tiba aku kangen gitu kan. Pas aku sadar kalau papa beneran udah nggak ada. Pas aku sadar papa nggak bakal ada di balik pintu kamar lagi cuma buat dengerin aku ngaji abis maghrib. Pas aku sadar kalau ketiadaan papa sekarang tuh beda sama dulu waktu papa masih sering dinas terus jarang pulang. Pas aku sadar kalau perginya kali ini bukan buat pulang lagi.

Terus aku serem sama diriku sendiri pas aku juga sadar kalau aku telat banget nangisnya. Aku telat banget sedihnya. Aku telat banget ngeh kehilangannya. Ini kelewat tegar apa emang nggak ada perasaan -_-"

Anak macam apa yang Kau kirimkan untuk pria sehebat dia, Tuhaaaan?

Tapi percaya nggak kalau aku bilang aku pernah nangis di jalan gara-gara liat kambing yang diiket kakinya, terus dimasukin ke keranjang di jog belakang sebuah motor? Waktu itu lampu merah. Mataharinya pas lagi jumawa banget. Itu motor berhenti persis di sebelah bis yang aku tumpangi. Dari posisiku duduk yang lebih tinggi dari motor, aku liat kambingnya dari angle yang pas banget. Aku liat muka dia. Aku liat mata dia. Aduh, udah kayak sinetron aja ya. Jadi karena itu kambing dimasukin ke keranjang gitu kan posisinya jadi kepalanya tengadah.

Kebayang nggak sih?

Aku enggak begitu pinter mendiskripsikan sih. Intinya, aku nggak tega liat dia. Matanya ilhoooo. Lebay ya kalau aku bilang dia seolah minta tolong? Haha. Aku tiba-tiba nangis coba liat dia. Enggak tau kenapa air mataku tiba-tiba turun dengan konyolnya gitu. Di luar panas banget lhoo. Itu yang naik motor aja pada pake masker. Kambingnya dijemur gitu kan kasihan.

Aku absurd ya? Ah, sudahlah. Sudah biasa.

Nangis gegara kesel nggak dihargain perjuangannya kayak di postinganku yang Air Mata Pertama kemarin juga salah satu nangisku yang absurd. Coba, penting banget nggak sih? Demi apa aku nangis cuma gara-gara begituan doang kalau aku pernah mengalami hal yang lebih uwooow tapi enggak aku tangisin?

Dan konyolnya, pagi tadi aku lagi-lagi nangis gara-gara beliau. Hahaha. Hebat banget itu Mister dua hari aja udah bikin aku nangis dua kali. Tadi malah nangisnya di ruang dosen, di depan anak-anak yang lagi pada nungguin dosen. Sial! Malunyaaa.

Hahaha.

Aku kan jadi terkesan cengeng ngono. Udah gitu, just for your information, entah penting entah enggak buat Anda pembaca yang budiman, proposalku masih belum ditandatangani lhoo. Lama-lama aku pikir, auraku deh yang nggak klop sama aura beliau. Haha. Bener-bener ngajarin sabar ini Mister.

"Makasih banget lho ya, Mister, pembelajaran yang sangat berharganya. Makasih banget lagi kalau Anda mau tanda tangan proposal saya. Saya mulai frustasi nih." *cengirkuda

Oh iya, awalnya aku emang mau cerita soal kejadian sama Mister Kind yang lagi-lagi menguras air mata pagi tadi sih. Makanya kenapa postingan ini aku kasih nama Air Mata Terakhir. Soalnya ternyata, setelah aku tulis Air Mata Pertama, aku nangis lagi. Enggak mau lah ya kalau sampai ada airmata-airmata lagi buat berikutnya. Makanya aku posting Air Mata Terakhir.

Bukan berarti habis ini aku nggak bakal nangis lagi. Serem. Kadang aku ngerasa perlu kok nangis. Membuang sesuatu yang busuk dari dalam hati yang enggak bisa diungkapkan kecuali lewat air mata. Ceilah.

Tapi bukan nangis di tempat umum kayak tadi juga. Bukan nagis gara-gara hal enggak penting juga -_-

Makanya aku berharap postingan ini bisa jadi itikadku untuk enggak nangis lagi gegara PKL atau Tugas Akhir. Enggak di depan umum kayak tadi. Meski aku sadar banget, logikanya, kalau baru proposal PKL aja udah ada tangisan gitu, apalagi laporan PKL nanti? Apalagi proposal TA nanti? Apalagi TA-nya nanti? Apalagi sidangnya?

But I'll be stronger. Seenggaknya, biar aku doang aja yang tahu betapa rapuhnya aku. Hahaha.

Kayak tulisan yang aku post di fb tadi sore:

Waktu tak pernah membuat hidup kita menjadi lebih mudah. Dia membiarkan kita memilih untuk tumbuh menjadi lebih kuat, atau kalah.
Ya. Aku milih jadi lebih kuat aja. Suatu saat nanti, mungkin aku ketemu yang lebih dewo dari Mister Kind. Akan aku jinakkan. Pasti bisa aku jinakkan.

Aduh, kok konklusinya agak enggak nyambung ya sama isi keseluruhan. Haha. Pada dasarnya, air mata itu perlu kok. Bahkan jika kita enggak punya alasan jelas, kita masih tetep boleh nangis. Enggak harus jadi cengeng dulu buat boleh nangis. Nangis itu enggak melemahkan sama sekali. Tiap manusia diciptakan dengan kelenjar air mata, pasti ada maksudnya. Nangis aja kalau emang mau nangis. Tapi tetap dalam koridor yang wajar ya. Wajar versi kita masing-masing. High-quality-nangis gitu lah. Haha.

Ah, apasih. Kesimpulannya ngawur. Sudahlah. Bye.

Banjarsari, 09 Oktober 2013
Dien Ihsani 
 

Comments

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih