Ada sedikit cerita. Ewmm.. Banyak sih, sebenarnya. Tentang cinta-cinta yang kadang terlupa hanya karena kisah picisan yang selalu terlalu mempesona. Tentang orang-orang hebat di sekelilingku. Tentang bukti bahwa Tuhan memang menitiskan cinta dimana-mana. Tentang bukti bahwa dunia ini mungkin tak seburuk kedengarannya.
Mereka, makhluk-mkahluk terhebatku, tentu setelah sepasang malaikat yang dengan cantiknya khusus Tuhan kirimkan untuk menjagaku. Mereka: sahabatku. Bukti bahwa keluarga bukan hanya cerita tentang ikatan darah, keluarga bukan hanya sekumpulan orang yang tinggal serumah.
Mereka yang mengerti bagaimana menghadapiku dengan segala tingkah menyebalkanku. Mereka yang selalu menemukan cara untuk meredamkan aku ketika aku sendiri tak mampu. Mereka yang selalu tahu bagaimana menerimaku dengan segala kekuranganku. Mereka yang selalu menelanjangiku hingga tak tersisa image lagi untuk kujaga. Mereka kadang terlalu mengenalku, bahkan lebih dari diriku sendiri. Bahkan juga lebih dari sepasang malaikat yang lewatnya aku diciptakan.
Dari mereka aku belajar percaya kalau tak ada satu pun di dunia ini yang tak akan sanggup kulewati. Kadang mereka membuatku begitu jumawa seolah bersama kami bisa memindahkan gunung atau memecah cadas. Haha. Tentu saja tidak. Bersama kami tetap manusia biasa. Bersama kami tak lantas tidak takut pada apa-apa. Bersama tidak lantas membuat cadas terjal menjadi serangkai tangga. Untuk mendaki kami masih harus bersusah payah. Kadang jatuh, kadang saling menuduh. Ahhh... kami kan hanya sekumpulan manusia.
Entah kenapa hari ini aku tiba-tiba teringat pada sebuah kutipan:
Akan datang hari ketika kami menemukan dunia kami masing-masing. Saat kami akan mulai sibuk dengan urusan kami masing-masing. Aku bukankah bukan pertama kali mengalaminya? Ketika perpisahan mengubah segala yang pernah kami janjikan untuk kami jaga.
Mustahil memang menjadi tetap sama ketika dunia memperlihatkan jarak yang nyata tak bisa kami hapuskan. Yang jauh di mata dekat di hati itu kan empedu, pahit. Tak bisa dinikmati. Jarak memang bukan tidak masalah. Kadang kami lalu seperti saling melupakan. Kadang kami lalu seperti lupa saling memperhatikan.
Tapi bahkan empedu pun bukan tak berguna.
Boleh kutitipkan sebuah pesan? Katakan pada mereka bahwa aku begitu bahagia pernah mengenal manusia-manusia macam mereka. Bahwa bahkan meski suatu saat nanti kami benar-benar terlalu sibuk dengan dunia kami masing-masing, lalu mengasing, kami tak akan bisa saling melupakan. Kami tak akan bisa benar-benar terpisahkan. Setidaknya kenangan kami masih akan terjaga. Bahkan sampai kami menjadi kakek kakek- nenek nenek, tak akan ada yang bisa menghapuskan prasasti yang terlanjur kami ukir bersama.
Hassssshhhh.... Geje liburan dewe.
Cawangsari, 23.01.13
Dien Ihsani
Spesial untuk yang merasa saja :)
Mereka, makhluk-mkahluk terhebatku, tentu setelah sepasang malaikat yang dengan cantiknya khusus Tuhan kirimkan untuk menjagaku. Mereka: sahabatku. Bukti bahwa keluarga bukan hanya cerita tentang ikatan darah, keluarga bukan hanya sekumpulan orang yang tinggal serumah.
Mereka yang mengerti bagaimana menghadapiku dengan segala tingkah menyebalkanku. Mereka yang selalu menemukan cara untuk meredamkan aku ketika aku sendiri tak mampu. Mereka yang selalu tahu bagaimana menerimaku dengan segala kekuranganku. Mereka yang selalu menelanjangiku hingga tak tersisa image lagi untuk kujaga. Mereka kadang terlalu mengenalku, bahkan lebih dari diriku sendiri. Bahkan juga lebih dari sepasang malaikat yang lewatnya aku diciptakan.
Dari mereka aku belajar percaya kalau tak ada satu pun di dunia ini yang tak akan sanggup kulewati. Kadang mereka membuatku begitu jumawa seolah bersama kami bisa memindahkan gunung atau memecah cadas. Haha. Tentu saja tidak. Bersama kami tetap manusia biasa. Bersama kami tak lantas tidak takut pada apa-apa. Bersama tidak lantas membuat cadas terjal menjadi serangkai tangga. Untuk mendaki kami masih harus bersusah payah. Kadang jatuh, kadang saling menuduh. Ahhh... kami kan hanya sekumpulan manusia.
Entah kenapa hari ini aku tiba-tiba teringat pada sebuah kutipan:
Ketika kita merasa memiliki sesuatu, saat itu juga kita harus siap untuk kehilanganMemang tak ada yang abadi di dunia ini. Datang dan pergi. Pertemuan dan perpisahan. Memiliki dan kehilangan. Selalu ada dua sisi yang tak bisa dilepaskan. Mengingkarinya hanya seperti berusaha memisahkan dua sisi mata uang.
Akan datang hari ketika kami menemukan dunia kami masing-masing. Saat kami akan mulai sibuk dengan urusan kami masing-masing. Aku bukankah bukan pertama kali mengalaminya? Ketika perpisahan mengubah segala yang pernah kami janjikan untuk kami jaga.
Mustahil memang menjadi tetap sama ketika dunia memperlihatkan jarak yang nyata tak bisa kami hapuskan. Yang jauh di mata dekat di hati itu kan empedu, pahit. Tak bisa dinikmati. Jarak memang bukan tidak masalah. Kadang kami lalu seperti saling melupakan. Kadang kami lalu seperti lupa saling memperhatikan.
Tapi bahkan empedu pun bukan tak berguna.
Boleh kutitipkan sebuah pesan? Katakan pada mereka bahwa aku begitu bahagia pernah mengenal manusia-manusia macam mereka. Bahwa bahkan meski suatu saat nanti kami benar-benar terlalu sibuk dengan dunia kami masing-masing, lalu mengasing, kami tak akan bisa saling melupakan. Kami tak akan bisa benar-benar terpisahkan. Setidaknya kenangan kami masih akan terjaga. Bahkan sampai kami menjadi kakek kakek- nenek nenek, tak akan ada yang bisa menghapuskan prasasti yang terlanjur kami ukir bersama.
Hassssshhhh.... Geje liburan dewe.
Cawangsari, 23.01.13
Dien Ihsani
Spesial untuk yang merasa saja :)
aku ikut merasa, boleh? :)
ReplyDeletesering kali aku bertanya dalam hati, ayuk apa kabar ya, kok surat terakhir blm dibales ;) dan bnyk pertanyaan2 lain mengekor
tapi akhirnya aku prcya km slalu baek2 saja, :)
maav untuk tak sering atau mungkin terlalu jarang berkirim pesan, tapi memang benar katamu,
"bahkan meski suatu saat nanti kami benar-benar terlalu sibuk dengan dunia kami masing-masing, lalu mengasing, kami tak akan bisa saling melupakan..."
Puncak kangen paling dahsyat ketika dua orang tak saling menelepon, tak saling SMS, BBM-an, dan lain-lain tak saling, namun diam-diam keduanya saling mendoakan. (Sujiwo Tejo, Djiwo J#ncuk)
ReplyDeleteDan itu biasanya justru terjadi bukan di kangennya kisah picisan, Beh. Maaf juga untuk terlalu autis dengan duniaku. Tapi kamu salah satu part terindah. Boleh banget ikut merasa :)