Di balik gelap asap-asap pekat..
Di antara bus bus kota yang berjajar tegak..
Menghadapi tuan-tuan yang kadang berdiri terlalu congkak..
Dia masih tegak menertawakan kehidupan.
Tak terhenti oleh terik kejam dunia.
Apalagi sekedar cibiran ego manusia..
Di sini, di sebuah negeri dalam negeri..
Negeri kecilnya yang diatur oleh hukum dunia yang keji.
Maka jadilah keji.
Belajar dia bagaimana menjadi manusia, yang manusiawi.
Di sini, di sebuah negeri dalam negeri..
Tempat yang seringkali dinilai tak berarti.
Belajar dia tentang arti strategi..
Menjadi keji tanpa memakan saudara sendiri.
Di sini, di sebuah negeri dalam negeri..
tak perlu dia membunuh sesamanya demi mengejar obsesi.
Apalah arti obsesi baginya?
Dia hanya anak terminal yang dianggap hina.
Dipandang sebelah mata baginya sudah biasa. Tak apa..
Kadang dia memang lakukan hal-hal hina.
Setidaknya dia akui kehinaannya secara ksatria.
Tak pernah terlintas tuk sembunyi di balik ketiak
kemanusiaan..
Dia bukan pejuang perdamaian,
Tapi dia tahu arti perbedaan.
tak cukup kurang kerjaan untuk menciptakan persamaan.
Menegakkan keadilan dengan cara yang menggelikan..
Dia memang hanya anak terminal yang dianggap hina
Setidaknya dia tahu bagaimana memperlakukan manusia..
Dien Ihsani
Borobudur, 25.08.2011
Borobudur, 25.08.2011
Juara I Sayembara Perdu kategori puisi
Komunitas Penulis se-Ekskaresidenan Kedu
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!