Skip to main content

Charlie Hebdo: Ketika Kebebasan Berpendapat Disalahgunakan

Ah, menyebalkan. Biasanya aku enggak suka menuliskan tema ini. Rawan. Menurutku, agama dan idealisme itu masuk dalam ha-hal yang tidak perlu diperdebatkan. Tapi berita di kompas yang aku baca sore tadi tentang Charlie Hebdo benar-benar menyebalkan. Masih ingat peristiwa penembakan di kantor majalah mingguan Perancis tersebut tanggal 8 Januari lalu?

Seluruh dunia menangis karena itu. Kutukan terhadap teroris terjadi di mana-mana. Bahkan ada beberapa pihak yang lantas memukul rata dengan menghujat Islam. Tidak, aku bukan mau membela aksi penembakan itu meski katanya darah penghina nabi itu halal. Boleh dibunuh. Katanya.

Bagaimana pun, aksi penembakan yang menewaskan 12 orang itu jelas keji. Anggaplah benar Rasulullah memperbolehkan penghina nabi untuk dihukum mati, aku enggak yakin ke-12 nyawa itu semuanya terlibat. Penembakan membabi buta seperti itu gegabah.

Kata pepatah, tak ada asap jika tak ada api.

Pihak Charlie Hebdo mengatakan bahwa medianya tidak berisi kekerasan, hanya berisi kritikan dan sindiran untuk segala hal yang tidak pantas, tidak peduli agama apa pun. Anggaplah itu benar. Aku jadi penasaran, yang merugikan dari larangan menggambar Nabi Muhammad SAW itu apa sih? Bagian mananya yang harus banget dikritik? Harus banget disindir?

Kalau memang pemerintah Perancis memang sebegitu mengagung-agungkan kebebasan hingga tidak rela kebebasan berpendapat dibatasi hanya oleh "aturan konyol" itu, lantas kenapa harus protes kalau akhirnya ada aksi penembakan? Bukankah itu juga bagian dari kebebasan berpendapat? Ayolah. Jangan menerapkan standar ganda.

Tidak. Seperti kataku tadi, aku bukan sedang membenarkan aksi penembakan itu. Karenanya, aku juga sama sekali tidak membenarkan Charlie Hebdo. Setiap kebebasan harus tetap memiliki batas yang tidak boleh dilanggar. Kritiklah apa pun, tapi jangan melanggar batas-batasnya. Kalau mau kebebasan yang sebebas-bebasnya, buat apa ada hukum? Kenapa kita tidak kembali menggunakan hukum alam macam di hutan saja?

Apa aku boleh menghina ibu seseorang atas nama kebebasan berpendapat? Bahkan kalau itu dilakukan di Perancis sana, kalau anak si ibu yang aku hina itu lalu memukuliku, apa ada yang akan membelaku?

Ayolah, Kawan. Jangan berlebihan. Charlie Hebdo hanya menggambar karikatur Nabi Muhammad, bukan menghinanya. Apalagi melecehkan.

Hash. Bukankah sudah dari piyik ya kita diajari soal etika? Sopan santun? Budaya? Di Inggris sana, anak memanggil orang tuanya dengan nama itu wajar. Di Indonesia sini, bisa-bisa dihajar karena itu kurang ajar. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Jangan memukul rata segala sesuatu lah. Kita ini kan manusia. Bisa lah ya agak lebih cerdas. Jangan jadikan perumpamaan bahwa mereka juga menggambar Paus, Yesus, Gandhi, dan lain sebagainya.

Sampai kapan sih Njenengan para seniman Charlie Hebdo yang tidak akan saya ragukan kehebatannya itu untuk paham kalau yang jadi masalah bukan bagaimana perwujudan gambar yang Njenengan buat. Hasilnya pasti hebat lah. Kami tidak peduli Nabi Muhammad versi gambar Anda itu hanya membawa tulisan "Je suis Charlie" sambil memangis tanpa ada unsur terorisme. Masalahnya di sini hanya bagi agama kami, Nabi Muhammad TIDAK BOLEH DIGAMBAR. Bukankah hanya seserhana itu?

Nabi Muhammad itu nabimu bukan? Kamu percaya dia nabi akhir zaman apa enggak? Kalau bukan dan enggak, yaudah to ya enggak usah ikut campur bagaimana cara kami menghormatinya. Jangan lah menggunakan kebebasan berpendapat sebagai alasan kalau sebenarnya kalian tertarik menggambar Nabi Muhammad hanya karena dia-- katakanlah-- satu-satunya manusia yang enggak boleh digambar.

Sekali lagi, aku bukan mau membela aksi penembakan. Bagaimana pun, itu bukan perbuatan terpuji. Kalau benar yang melakukan penembakan itu oknum muslim, sadarilah bahwa perbuatan itu tidak merugikan siapa pun melebihi saudara sesama muslimnya sendiri. Rasanya macam dihianati. Tidak lihat kah bagaimana perbuatan itu membuat dunia menghujat Islam?

Ayolah. Perdamaian itu perdamaian. Toleransi itu toleransi. Kebebasan itu kebebasan. Dan kekerasan itu kekerasan. Jadi jangan dicampuradukkan.

Satu lagi, Anda salah kalau berpikir kekerasan itu hanya perbuatan yang menimbulkan luka kasat mata. Apa yang Charlie Hebdo lakukan itu juga menyakiti hati kami. Kedua pihak draw di sini. Jangan terapkan standar ganda.

BTT, 14 Januari 2015
Dien Ihsani

Comments

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih