Skip to main content

Supporter yang Budiman

Malam ini Indonesia bahagia. Dimana-mana aku melihat selebrasi. Di tivi, di kosanku, di kosan sebelah, di timeline, di beranda, dimana-mana. Indonesia juara 1 AFF lagi setelah (katanya) 22 tahun berlalu. Kalau salah, maaf. Aku bukan penggemar bola.

Apapun, aku ikut bahagia. Setelah dua kali perpanjangan, 9 kali tanding pinalti, menang dengan selisih 1 gol itu luar biasa. Diiringi "jebret" sang komentator, disambut tangis orang sestadion, dimeriahkan gema "Alhamduuuu.... lillaaah" yang entah dari mana. Asli! Buatku yang jarang banget nonton sepak bola ini, pertandingan Indonesia vs Vietnam tadi adalah pertandingan paling mendebarkan. Jauh lebih mendebarkan daripada final piala dunia. Jauh lebih mendebarkan daripada nunggu nilai ujian keluar.

Aku sampai hampir nggak yakin jantungku kuat nahan deg-degan sejak Vietnam ngegolin di pinalti pertama. God, masih empat kali lagi.  Ternyata aku salah. Ada adu pinalti season 2. Udah kayak sinetron aja.

Rasanya pengen bilang, "Udah deh suit aja." Kasian ngeliat pemainnya kecapekan.

Tapi, guys. Lelah itu terbayar lunas. Tuntas. Selamat :D

Seperti mengutip kata komentator puitis yang kira-kira isinya begini, "Kita semua lapar, kita semua haus, kita semua lelah, namun kini kita dikenyangkan oleh kemenangan." Sekali lagi, kalau salah maaf. Ingatan jangka panjangku memang agak kacau. Tapi kira-kira isinya begitu lah.

Sebenarnya aku masih agak bingung postingan kali ini mau dibawa kemana. Mau ngasih komentar, aku bukan ahlinya. Lha wong istilah offside aja aku tahu dari film kartun Captain Tsubasa kok.

Aku waktu kecil memang pernah suka main bola, suka banget. Tapi itu pas dulu masih kecil. Ketika aku masih belum tahu heng itu serapan-ilat-jowo buat hand, kalau bola kena tangan. Ketika aku masih cuma pakai celana pendek sama kaos seporet (kayaknya ini ulah ilat jowo juga deh dari kata sport) doang kemana-mana. Makin ke sini aku makin bingung kenapa orang-orang suka sama olah raga satu ini. Apa sih yang lebih kurang kerjaan daripada dua puluh dua pria memperebutkan satu bola. Hey, memangnya bola itu siapa??? *ngiri ini ceritanya*

Belum lagi, aku bingung sebenarnya kalau lihat bola di tivi. Sama sekali nggak kelihatan mukanya. Sekalinya mukanya kelihatan, nggak kelihatan bolanya. Bingung kan ya? Hebatnya komentator kok masih bisa aja melafalkan nama yang sedang membawa bola, bahkan kalau itu pemain asing yang namanya konsonan semua macam bahasa anak alay Indonesia. Two thumbs up!

Oh iya, aku jadi ingat AFF yang lalu juga ada pinalti begini kan ya? Tapi waktu itu Indonesia kalah sama Malaysia. Jadi juara 2 deh. Semoga saja aku salah ingat kalau waktu itu sempat ada beberapa kalimat menghujat. Ingatan jangka panjangku kacau, ingat?

Soalnya sedih banget pas lihat orang Indonesia menghina timnya sendiri seolah kalau dia yang main hasilnya bakal beda. Iya, beda. Kita mungkin nggak akan masuk final sama sekali.

Di timeline twitter, aku nemu sebuah kalimat keren dari @gilangagitya: SAF : "if you can't support us when we lost. Don't support us when we win". Kalimat entah milik siapa itu kebetulan dirituit sama temenku. *Eh, kok malah jadi ngiklan twitter orang ya? Haha*

Tapi that's absolutely right, Beib!

Supporter yang baik itu adalah dia yang tetap ada di saat kalah maupun menang. Dia yang tetap mendukung di saat susah maupun senang. Semoga saja supporter Indonesia termasuk dalam kategori supporter budiman bermental baja ya, bukan supporter kacangan bermental tempe. Soalnya kedelai sekarang lagi mahal *eh

Semoga kalau terjadi apa-apa sama hasil tandingnya pimnas ke depan, supporternya nggak pada pindah haluan jadi hater ya.  Kecuali kita bisa melakukan yang lebih baik, that's nonsense at all.

Karena bagaimana pun, mereka berjuang untuk Indonesia. Mereka sudah berusaha semaksimal mungkin. Kalau soal kesalahan teknis, itu cuma pertanda kalau pejuang kita itu masih manusia. Mereka lelah buat nama kita semua, biar kita bisa meneriakkan yel-yel khas kita, "IN DO NE SIA dung dung dung dung dung!" dengan penuh kebanggan. Biar kita punya alasan untuk tetap bangga sama Indonesia.

Malam ini dunia harus tahu kalau Indonesia nggak seburuk itu kok. Biasanya aku memang bangga menjadi Indonesia. Tapi malam ini aku bangga luar biasa menjadi Indonesia. Bukan mau sok nasionalis yaa. Tapi itu kenyataan, entah kenapa. Mau kayak gimanapun aku sering dibuat kesel sama berita soal keadaan Indonesia, aku tetap akan dengan bangga berkata, "Ya, itu negaraku. Tempat aku lahir dan tumbuh."

Selamat, Timnas U-19. Selamat, Bangsa Indonesia.

Teruma kasih ksatria lapangan hijau yang masih unyu-unyu tapi sudah bisa mengharumkan bangsaku sebegitu hebatnya *jadi ngiri *nyadar umur

Banjarsari, menjelang 23 September 2013
Dien Ihsani

Comments

Post a Comment

Semua di sini adalah opini. Let's discuss!

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih