Skip to main content

Pacar Baru


Ini minggu-minggu awal aku bikin skripsi. Di tempatku sih namanya tugas akhir. Apapun lah. Bagiku terdengar sama-sama menakutkan. Tadinya aku mau ambil ini makhluk nanti aja pas semester 8, tapi entah bagaimana kronologinya, aku toh akhirnya mencantumkan namanya di KRS-ku semester 7. Beberapa temanku bilang aku *labil* , lainnya bilang hebat, aku sendiri merasa sedikit gila. Ah, apalah arti aksi gila di hidupku yang kadung random ini.

Aku pikir, dengan memasukkan namanya dalam salah satu daftar di KRS-ku saja, semua sudah akan berakhir. Aku salah besar. Jalanmu masih panjang, Nak. Kegilaan satu itu justru awal kegilaan-kegilaan selanjutnya. Ternyata makhluk berinisial TA ini juga butuh pendaftaran ulang. Jadi aku harus daftar dulu ke salah satu dosenku yang menjadi koordinator TA. Halah. Rempongnya kau ini, Nak.

Aku tahu itu aja secara nggak sengaja dari seorang teman yang bertanya, “Kamu udah daftar TA?”

Waktu itu aku jawab aja, “Belum. Emang terakhir kapan sih?” Padahal demi apapun kalau dia nggak tanya aku juga nggak bakal tahu kalau TA itu butuh pendafataran.

Singkat kata, pendaftaran terakhir itu lima hari lagi. Santai.

Tapi ternyata lima hari itu bukanlah waktu yang lama.

Waktu itu aku lagi lemburan nge-layout majalah kampus. Namanya dikejar deadline ya, aku udah nyaris nggak punya kehidupan lain selain berkencan dengan sapiku tersayang. Sampai aku nyaris nggak keluar kosan berhari-hari. Keluar kamar aja cuma buat ke kamar mandi, dapur, sama ambil air di dispenser depan.

Tiba-tiba saja sudah tiba aku di tanggal 10 September yang artinya besok tiba waktuku untuk tes TOEFL. Itu aja kalau Om Jin, salah satu sahabat ku nggak tanya buat tes TOEFL butuh nyiapin apa aja, aku pasti melewatkan tes TOEFL itu begitu aja. Seperti aku melewatkan beberapa hal karena lupa. Aduh, aku kadang bingung kepalaku ini isinya apa.

Pagi-pagi hari Rabu yang dingin, aku udah siap mandi dan rapi-rapi. Aku janjian berangkat bareng Om Jin untuk menjalani eksekusi tes TOEFL. Belajar? Jangan tanya. Pagi itu aja aku baru ngecek kartu ujianku ada dimana. Pagi itu aja aku lagi nyadar kalau aku nggak punya pensil. Dan pagi itu juga aku baru nyadar kalau aku nggak tahu tempat buat tes itu ada dimana. Ah, santai, aku toh nebeng Om Jin kan.

Kekonyolan hari itu dimulai dengan pertanyaan Om Jin ketika aku keluar kosan. Ay, tesnya dimana sih? Aku langsung merasa salah pergaulan.

Entah apa yang aku lakukan sepanjang hari Kamis, tiba-tiba saja Jum’at pagi sudah menyapaku dengan lembut. Ya, itu artinya ini hari terakhir pendaftaran TA. Eng ing eeeeeenngggg....

Aku sms dua sahabat ku yang lain yang juga ambil TA semester ini, sebut saja Ijah dan Tiyak.

Syarat buat daftar TA apa aja sih? Aku mengirim sms itu sambil membayangkan mereka geleng-geleng kepala. Ternyata mereka nggak geleng-geleng kepala. Udah terlalu biasa mereka melihatku seperti ini. Buat nonton konser Sheila on Seven yang tiketnya udah aku beli dan tinggal berangkat aja aku lupa, apalagi beginian?

Selama ini aku melakukan banyak hal nyambi kuliah, dan bukan sebaliknya seperti yang seharusnya kulakukan. Aku belajar menulis, aku berorganisasi, aku mengautiskan diri dengan sapi, aku jumpalitan bikin usaha sendiri, dan semua itu aku selingi dengan kuliah. Hahaha. Poor my-graduation.

Teman kosku sampai pernah menyarankanku untuk magang di salah satu media massa nasional di Kota Semarang waktu aku bilang aku pengen magang. Butuh beberapa jenak baginya untuk menebak ekspresi wajahku sebelum pada akhirnya tanpa tedeng aling-aling dia nyeletuk, “Oh iya! Kamu tuh jurusan matematika ding ya? Aku sampai lupa. Aku kirain kamu anak jurnalistik atau desain atau apa gitu.”

God, apa aku bener salah jurusan?

  
Haha. Entahlah. Aku suka matematika. Aku suka kehidupanku di kampus. Aku suka menjadi anak matematika. Itu semua adalah sebuah kenyataan. Tapi aku bingung dengan jalan hidupku. Aku bingung mau kemana aku setelah ini. Aku sering berpikir semua akan lebih mudah kalau aku tidak di sini. Itu semua juga adalah sebuah kenyataan. Njug aku kudu piye ig?

 Jadi? Iya. aku ini anak labil yang hebat dan sedikit gila. Sedikit aja udah lebih dari cukup.
  
Apa aku tadi udah bilang TA itu terdengar menakutkan? Ternyata nggak semenakutkan itu loh. Hari pertama aku bimbingan sama dosen pembimbing (dosbing), langsung membuatku berubah pikiran. Aku langsung menyadari sesuatu.

Eh, apa aku udah cerita aku pengen magang? Ya. aku pengen banget magang. TA itu sekali seumur hidup kan bro? Bedah jurnal tuh membuatku merasa terlampau intelek. Aku ingin magang. 3 bulan di suatu tempat yang kayak beneran kerja, sounds cool eh? Aku pengen magang banget di Dinas Pariwisata. Somehow aku pengen banget ada di sana.

Aku pengen mengaplikasikan ilmuku di bidang pariwisata gitu. Ceilah. Haha. Tapi ini beneran. Secara di Magelang khususnya Borobudur tempat aku lahir dan tumbuh kan memang terkenal sama pariwisatanya, aku pengen bisa mengabdi di sana. Ya, I’m a big dreamer. Hahaha.

Lalu pas aku melakukan curhat yang membingungkan dengan dosbingku dia bertanya, “Buat apa magang kalau yang kamu dapat akhirnya data? Buang-buang waktu. Apalagi di dinas pariwisata, matematikamu bakal kurang banget.”

Mampus!

TA memang nggak semenakutkan bayanganku, tapi jauh lebih menakutkan dari itu. Jadi apa aku masih pengen magang? Entahlah. Saking bingungnya sampai-sampai hari ini pagi-pagi aku udah tongkrong di perpustakaan, nyari buku pemodelan matematika. Kayaknya level gilaku meningkat deh. Hedeh.

Meski pada akhirnya aku malah internetan sih. Berarti aku masih cukup normal, normal versiku. Fiuh. TA tuh bikin galau banget. Galau tingkat dewa banget. Jauh lebih galau daripada pas dulu aku mau putus dari pacarku. TA tuh sejenis pacar, tapi yang nggak bisa dicuekin. Sama sekali nggak mungkin dicuekin.

Ambil aja sisi positifnya, mungkin setelah semua ini, aku menjelma jadi wanita perhatian. Aku mungkin nantinya bakal jadi kekasih ideal. Bukan wanita yang suka menyia-nyiakan pacarnya kayak yang mantanku dulu selalu bilang. Hahaha.

Nyatanya, belum-belum di sapiku tercinta udah ada satu folder yang kudedikasikan khusus buat “pacar baru”-ku ini. Judulnya ajib banget: cintakyuh =)


Alay yo ben. Cinta itu memang kadang bikin kita alay kan? *muntah-muntah*

I’m trying to love you, Baby. Believe me I do. Jadi TA-ku tercinta, bisa nggak kita damai? Berbaik hatilah padaku mulai hari ini, untuk ke kedepannya. Mudahkanlah perjalanan kami, Tuhan. Aamiin.

Konyol. Aku pernah punya pacar beneran dan aku nggak pernah berdo'a sampai sebegininya buat suatu hubungan sebelum ini.


WP, 19 September 2013
Dien Ihsani

Comments

  1. bukannya Tiyak dan Ijah itu nama sebenarnya ya? #gagalfokus

    ReplyDelete
  2. Itu nama samaran kok, tapi kadung publish. Nama benerannya malah nggak banyak yang tahu. Haha

    ReplyDelete

Post a Comment

Semua di sini adalah opini. Let's discuss!

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih