Skip to main content

Belum-Belum Sudah Nostalgia

Ternyata benar apa yang dulu mbak kosku pernah bilang, jadi mahasiswa semester tua itu nggak enak. Sama sekali enggak enak. Feel mahasiswanya udah nggak sama lagi. Kampus jadi tempat yang enggak asik lagi. Sepi, meski secara denotasi justru sebaliknya. Apalagi pas masa-masa mahasiswa baru (maba) masih banyak-banyaknya tugas gini. Mereka udah kayak jamur aja menggerombol dimana-mana. Dari tempat yang lazim kayak taman atau perpustakaan, sampai koridor mereka penuhin. Udah kayak yang punya kampus aja. Ngebetein.

Iya, maba itu ngebetein. Aku nggak suka sama maba karena mereka kayak ngingetin aku kalau aku semakin tua. Aku nggak suka sama maba karena mereka suka ngumpul dimana-mana. Ha! That's the point.

Aku nggak suka maba karena mereka suka ngumpul dimana-mana, sementara teman ngumpulku udah pada kemana-mana.

Aku kangen teman-temanku. Serius. Deeply.

Jadi mahasiswa semester tua itu nggak enak. Sama sekali enggak enak.

Bukan cuma gara-gara skripsi yang dari tahun kapan tau emang udah jadi raja hantu mahasiswa semester tua. Bukan cuma gara-gara itu, meski benar itu salah satu enggak enaknya jadi mahasiswa semester tua.

Nyaman enggaknya sebuah kampus itu tergantung kamu punya temen yang kayak apa di kampusmu. Serius. Percaya sama aku. Seenggaknya teorema itu berlaku buatku. Kalau masalah perkuliahan, masalah dosen, masalah pelayanan di akademik, masalah nilai, masalah tugas, kayaknya standar-standar aja deh. Yaaa... kayak kampus pada umumnya. Sebusuk-busuk perkuliahan paling kayak apa sih. Seenak-enak perkuliahan juga paling enak di nilai doang.

Tapi teman kuliah itu beda. Sama sekali beda. Mereka itu yang menentukan apa kamu jadi mahasiswa bahagia atau enggak. Dan kebetulan aku punya teman-teman yang menyenangkan. Kebetulan yang sampai sekarang pun masih selalu aku syukuri.

Tapi seperti kebanyakan hal menyenangkan, ketika masanya udah lewat tuh kehilangannya juga lebih berasa. Versi ekstrimnya: semakin indah sebuah kenangan, akan semakin sakit kalau dikenang. Haha. Aku bukannya bilang aku tersakiti oleh semua ini lho ya. Aku enggak se-disperate itu. Belum.

Ngebetein aja.

Udah nggak ada lagi momen makan rame-rame. Nggak ada lagi momen tongkrong nunggu ganti kuliah. Yang ada nongkrongin ruang dosen nunggu pencerahan. Hedeh. Sama sekali enggak asyik. Bahkan kalau kamu bawa PSP, android, atau gadget apapun buat nemenin kamu tongkrong di ruang dosen, tetep aja nggak bisa mengobati ke-enggak-asyikannya. Bahkan kalau kebetulan kamu ketemu sama temenmu yang sama-sama lagi tongkrong di ruang dosen, tetep aja rasanya beda. Pernah liat nggak orang galau ketemu orang galau? Ya.. begitulah jadinya kira-kira. Percakapannya enggak jauh-jauh dari skripsi-skripsi juga. Ngebetein.

Aku kangen sama temen-temenku. Aku udah bilang ya? Ah, sial. Kampus sekarang jadi menyebalkan. Kesepian di tengah keramaian itu menyebalkan.

Padahal ya belum satu pun dari mereka yang udah lulus. Kita masih terdaftar sebagai mahasiswa di satu universitas yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang sama. Tapi kepentingan kita udah masing-masing. Kuliah kita udah beda. Tugas kita udah beda. Kesibukan kita udah beda. Jam terbang kita di kampus udah beda. Semuanya udah sama sekali nggak sama.

Kangen menginfasi kosan tante, mberantakin barangnya cuma demi dapet properti buat foto. Kangen ngerecokin kemesraan Bos sama Kakek dengan genjrengan atau main poker sampai laper, terus tongkrong berjam-jam di mbahe. Kangen touring bareng. Kangen ketawa ngakak sampe perutnya keram. Kangen pas kita ngumpul tanpa alasan. Melakukan hal-hal yang sebenarnya sama sekali enggak penting, tapi menyenangkan.

Ah, waktu memang berputar kan ya. Sudahlah.

Aku bukan pengen jadi maba lagi. Suer. Dibayar berapa juga aku males jadi maba lagi. Tiga tahun lebih yang aku lewati sebagai mahasiswa itu memang menyenangkan, tapi banyak hal busuk yang aku sama sekali enggak mau ngulang. Haha.

Aku cuma kangen teman-temanku, itu aja.

Demi apapun aku belum-belum udah merasa kehilangan.

Ngurus TA ini sama sekali beda sama ngerjain tugas. Sama sekali beda sama ngelembur laporan. Dulu, pas tugas kita lagi bejibun banyaknya, pas kuis merebak seolah dosen sepakat pengen ngebunuh kita pelan-pelan, kita selalu bisa saling back up. Sekarang enggak ada lagi kayak begituan. Enggak ada lagi jarkom masteran. Enggak ada lagi jarkom ngajak makan. Sekalinya jarkom ngajak ngumpul pasti akhirnya cuma bete sendiri menyadari kenyataan bahwa nggak semua yang kita rencanakan bisa terlaksana.

Aku pernah nulis di postinganku yang lain, yang judulnya Orang-Orang Hebat dalam Hidupku, kalau nggak salah. Bahwa jarak itu bukan tidak masalah. Bahwa akan tiba masa ketika kita tenggelam dalam jalan hidup kita sendiri-sendiri.

Aku sadar betul makin ke sini kita mendekati perpisahan. Sebentar lagi kita bakal lulus terus pulang. Sebentar lagi kampus bakal makin sepi. Sebentar lagi kita bakal hampir sama sekali enggak ada waktu buat ketemu lagi.

Aku kangen kalian. Seriusan.

Kalau kebetulan ada mahasiswa baru yang menemukan tulisan ini, aku tahu dia pasti udah bete dari depan pas aku bilang aku benci maba. Tapi sori bung, itu memang benar. Aku benci sama maba. Ngiri sama maba. Haha. Sudahlah. Pesanku sih ya, nikmati aja kebersamaan kalian sebusuk apapun itu sekarang kelihatannya. Soalnya bakal ada masa kalian merindukan kebersamaan itu. Nasehat ini juga yang dulu mbak kosku yang entah siapa itu selalu bilang.

Aku sudah sampai di tahap yang dulu kamu bilang, Mbak. Rasanya emang enggak menyenangkan.

Menyebalkan juga sih sebenarnya mengakui kalau aku kangen kalian, Guys. Tapi itu kenyataannya. Damn!


Banjarsari, 25 September 2013
Dien Ihsani

Comments

  1. Saya nggak pernah kuliah, tapi sepertinya saya mengerti apa yang kamu rasakan.Rasanya memang...menyebalkan sekali.

    ReplyDelete

Post a Comment

Semua di sini adalah opini. Let's discuss!

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih