Di warnet lagi. Iya, setelah sekian juta tahun lamanya tak menyentuh tempat ini. Haha. Gara-gara mau ngirim puluhan sertifikat online yang mustahil dikirim pake modem.
Tempat ini salah satu saksi bisu bahwa everything has change. Semuanya berubah.
Aku ingat dulu pernah ngenet di warnet itu perjamnya bisa sampai 5ribuan. Waktu itu kalau nggak salah aku masih SMP. Entah berapa kali aku mampir warnet dulu sepulang sekolah. Baru ada satu warnet di dekat sekolahku waktu itu. Biasanya aku sama teman-temanku menghabiskan sisa uang jajan di sana buat mainan friendster dan mIRC. Masih pakai nama alay macam cewex_kyut dan sebangsanya. Hahaha. Konyol.
Tak butuh waktu lama hingga tempat macam "syurga-dunia-kala-itu" menjamur dimana-mana. Beberapa tahun kemudian bahkan mulai banting harga saking banyaknya saingan. Ada warnet yang sampai pasang harga hingga 2.500 perak saja. Apalagi setelah muncul hape yang menyediakan layanan internet.
Sampai SMA aku masih sering ke warnet buat bikin tugas yang nyarinya nggak kuat pakai hape macam di yahoo atau google. Namun semua berubah setelah negara api menyerang. Seorang jenius memperkenalkan internet melalui sebuah benda serupa flashdisc. Lebih kecil dari hape, tapi bisa inetan di kompi. Dialah modem. Lantas warnet nyaris tak tercium baunya kecuali buat para pecinta game online.
Banyak warnet yang turun plang, ganti nama dari Warnet-A jadi Game Online-A.
Aku bukan pecinta game online. Jadi aku jarang ke warnet untuk sekedar ngegame. Buang-buang waktu. Aku ingat, jaman awal kuliah aku beberapa kali ke warnet pas weekend cuma buat ketemu sama pacar (yang sekarang mantan). Hahaha. Ababil banget yak ketemuan di warnet. Cuma ketemu doang, liat dia browsing nggak jelas beberapa menit, lalu jalan. Pas itu sih katanya dia nggak berani jemput aku di rumah -_- hahahaha. Tapi itu kisah lucu yang bikin aku sampai sekarang masih suka geli menginjakkan kaki di warnet.
Aduh, ngelantur. Warnet ini seperti kebanyakan mantan-primadona yang ditinggalkan penggemarnya. Dulu kayaknya kalau aku ke warnet sampai harus antri dulu deh karena biliknya penuh. Sekarang sepi. Di depan cuma beberapa pasang sandal aja yang ada.
Ya, dunia memang selalu akan berubah kan.
Seperti dulu aku sering ke warnet padahal perjamnya sampai menghabiskan lebih dari separuh uang sakuku. Sekarang giliran warnet murah dan nggak harus antri, nggak ada tuh yang berebut warnet lagi. Lucu. Kewajaran yang lucu. Everything was change.
Warnet entah apa nanya, 20 November 2013
Dien Ihsani
Tempat ini salah satu saksi bisu bahwa everything has change. Semuanya berubah.
Aku ingat dulu pernah ngenet di warnet itu perjamnya bisa sampai 5ribuan. Waktu itu kalau nggak salah aku masih SMP. Entah berapa kali aku mampir warnet dulu sepulang sekolah. Baru ada satu warnet di dekat sekolahku waktu itu. Biasanya aku sama teman-temanku menghabiskan sisa uang jajan di sana buat mainan friendster dan mIRC. Masih pakai nama alay macam cewex_kyut dan sebangsanya. Hahaha. Konyol.
Tak butuh waktu lama hingga tempat macam "syurga-dunia-kala-itu" menjamur dimana-mana. Beberapa tahun kemudian bahkan mulai banting harga saking banyaknya saingan. Ada warnet yang sampai pasang harga hingga 2.500 perak saja. Apalagi setelah muncul hape yang menyediakan layanan internet.
Sampai SMA aku masih sering ke warnet buat bikin tugas yang nyarinya nggak kuat pakai hape macam di yahoo atau google. Namun semua berubah setelah negara api menyerang. Seorang jenius memperkenalkan internet melalui sebuah benda serupa flashdisc. Lebih kecil dari hape, tapi bisa inetan di kompi. Dialah modem. Lantas warnet nyaris tak tercium baunya kecuali buat para pecinta game online.
Banyak warnet yang turun plang, ganti nama dari Warnet-A jadi Game Online-A.
Aku bukan pecinta game online. Jadi aku jarang ke warnet untuk sekedar ngegame. Buang-buang waktu. Aku ingat, jaman awal kuliah aku beberapa kali ke warnet pas weekend cuma buat ketemu sama pacar (yang sekarang mantan). Hahaha. Ababil banget yak ketemuan di warnet. Cuma ketemu doang, liat dia browsing nggak jelas beberapa menit, lalu jalan. Pas itu sih katanya dia nggak berani jemput aku di rumah -_- hahahaha. Tapi itu kisah lucu yang bikin aku sampai sekarang masih suka geli menginjakkan kaki di warnet.
Aduh, ngelantur. Warnet ini seperti kebanyakan mantan-primadona yang ditinggalkan penggemarnya. Dulu kayaknya kalau aku ke warnet sampai harus antri dulu deh karena biliknya penuh. Sekarang sepi. Di depan cuma beberapa pasang sandal aja yang ada.
Ya, dunia memang selalu akan berubah kan.
Seperti dulu aku sering ke warnet padahal perjamnya sampai menghabiskan lebih dari separuh uang sakuku. Sekarang giliran warnet murah dan nggak harus antri, nggak ada tuh yang berebut warnet lagi. Lucu. Kewajaran yang lucu. Everything was change.
Warnet entah apa nanya, 20 November 2013
Dien Ihsani
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!