Hal yang paling menakjubkan dari sebuah harapan adalah karena dia akan menjadi semacam magnet yang membawa kita mendekat. Harapan macam apa pun. Sekonyol apa pun. Even the most surreal one. Bahkan hal yang paling absurd yang baru kepikiran aja udah cukup buat bikin kita menertawakan diri sendiri.
Pernah ga pas kita pengen sesuatu, atau tertarik pada sesuatu, tiba-tiba segala hal di sekitar kita jadi kayak ada hubungannya sama sesuatu itu? Semacam semesta merestui. Is that such a miracle? Mungkin.
Tapi, bisa jadi selama ini mereka memang ada di sekitar kita. Hanya saja, kita baru menyadarinya. Kita baru ngeh kalau mereka ada. Karena sekali kita pengen sesuatu, secara ga sadar kita udah merancang haluan kita pada tujuan itu.
Berjalanlah, maka kau akan sampai. Carilah, maka akan kau temukan. Bukankah hidup sesederhana itu? Harapan juga.
Pernah suatu kali aku menertawakan harapanku sendiri. Satu poin yang kutulis di resolusiku tahun
ini: find and be found. Hahaha. Aku bertekad untuk berhenti mencari setelah Idul Fitri tahun ini, sebelum 25 ku berlalu.
ini: find and be found. Hahaha. Aku bertekad untuk berhenti mencari setelah Idul Fitri tahun ini, sebelum 25 ku berlalu.
Terdengar menyedihkan ga sih? Dari sekian banyak resolusi yang aku tulis, poin itu satu-satunya yang aku nyaris ga punya kuasa apa-apa untuk mengusahakannya. Aku nulis itu waktu di hatiku bahkan ga ada siapa-siapa.
Tapi lantas seseorang datang. Seseorang yang bahkan tak pernah kuperkirakan dengan cara yang nyaris ga pernah aku pikirkan. Dan lucunya, tepat waktu: suatu hari pada idul fitri di 25 ku.
Lantas resolusi paling absurd ku itu, insya Allah, sebentar lagi kucoret. Bahkan sebelum kukatamkan resolusi lain yang jauh lebih logis macam nyari sunrise.
Menyadari gimana seseorang yang sama sekali asing tiba-tiba menjadi salah satu yang paling berpengaruh dalam hidupku, dan bahkan mengulurkan tangan untuk mewujudkan resolusiku, dan anehnya begitu saja kuterima ulurannya :rasanya gila.
Dan semua itu memang hanya berawal dari sebuah harapan gila.
Aku mungkin harus menarik kembali pernyataanku bahwa yang paling bertanggung jawab atas semua ini adalah dia atas kedatangannya. Mungkin sebenarnya bukan begitu. Mungkin aku yang harus paling bertanggung jawab; atas harapanku yang mengundang kedatangannya tanpa aku sadari.
Haha.
Apa pun itu. Aku tidak pernah menyesal.
Kuta, 02 November 2016
Dien Ihsani
Teruntuk penyelamat balada 25 ku yang juga tengah menyambut 25 nya. Selamat datang!
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!