Skip to main content

Sepasang Kakek-Nenek Pagi Ini

Kadang sesuatu kelihatan salah cuma karena kita enggak ngerti. Ada banyak cara orang untuk saling menyayangi. Tak perlu sama dengan cara umumnya orang-orang lain, yang penting keduanya saling memahami.

Adalah sepasang kakek-nenek yang awalnya bagiku hubungan keduanya terlihat janggal. Si wanita keras kepala, rewel, dan terlihat dominan. Sementara prianya tipe pendiam cenderung pasrah. Kalau yang umum kulihat itu kan istri melayani suami. Karena di keluarga tempatku tumbuh, itu juga yang terjadi. Kadang kelihatan kayak selelah apapun istri, dia yang lebih sering mijit suami pulang kerja. Dia tetep yang menyambut suaminya dengan segelas kopi panas.

Sepasang kakek-nenek ini enggak. Yang terjadi justru sebaliknya. Kadang aku yang mikir kayak, kok mau-maunya gitu kan. Aku bahkan nyaris nge-judge Si Kakek anggota ikatan suami takut istri. Hampir.

Tapi anehnya, keduanya toh harmonis-harmonis saja.

Singkat cerita, si wanita ini sakit. Dia memang sering sakit. Kudengar beberapa keluhan kalau ngeladenin dia itu sulit. Udah tau sakit, masih aja ngeyel ikut pergi ke mana-mana. Masih aja ngeyel ngerjain apa-apa.

Bukan. Keluhan itu bukan kudengar dari si pria, tapi orang-orang di sekitar mereka. Anehnya, si pria justru tenang-tenang aja. Dia melayani kebutuhan si wanita tanpa banyak bicara. Dia memijit kaki si wanita tiap diminta.

Kadang aku heran.

Sampai pagi tadi, kulihat si pria hendak mengantar anaknya pergi. Lantas si wanita tergopoh-gopong mengikuti. Dia sakit.

"Loh, Nenek mau ikut? Ga istirahat dulu aja?" tanya sebagian besar orang yang melihatnya susah payah masuk mobil.

"Kasihan nanti Kakek pulangnya sendiri," jawabnya sambil lalu.

Si pria duduk di belakang kemudi, menunggu wanitanya katam naik. Tak ada keberatan dalam raut wajahnya.

Aku semacam menemukan bahwa ternyata memang begitulah cara mereka saling menyayangi. Bahwa ngeyelnya si wanita itu demi agar suaminya tidak sendiri. Dan keduanya saling mengerti.

Stasiun UI, 11 Juni 2015
Dien Ihsani

Comments

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih