Kadang sesuatu kelihatan salah cuma karena kita enggak ngerti. Ada banyak cara orang untuk saling menyayangi. Tak perlu sama dengan cara umumnya orang-orang lain, yang penting keduanya saling memahami.
Adalah sepasang kakek-nenek yang awalnya bagiku hubungan keduanya terlihat janggal. Si wanita keras kepala, rewel, dan terlihat dominan. Sementara prianya tipe pendiam cenderung pasrah. Kalau yang umum kulihat itu kan istri melayani suami. Karena di keluarga tempatku tumbuh, itu juga yang terjadi. Kadang kelihatan kayak selelah apapun istri, dia yang lebih sering mijit suami pulang kerja. Dia tetep yang menyambut suaminya dengan segelas kopi panas.
Sepasang kakek-nenek ini enggak. Yang terjadi justru sebaliknya. Kadang aku yang mikir kayak, kok mau-maunya gitu kan. Aku bahkan nyaris nge-judge Si Kakek anggota ikatan suami takut istri. Hampir.
Tapi anehnya, keduanya toh harmonis-harmonis saja.
Singkat cerita, si wanita ini sakit. Dia memang sering sakit. Kudengar beberapa keluhan kalau ngeladenin dia itu sulit. Udah tau sakit, masih aja ngeyel ikut pergi ke mana-mana. Masih aja ngeyel ngerjain apa-apa.
Bukan. Keluhan itu bukan kudengar dari si pria, tapi orang-orang di sekitar mereka. Anehnya, si pria justru tenang-tenang aja. Dia melayani kebutuhan si wanita tanpa banyak bicara. Dia memijit kaki si wanita tiap diminta.
Kadang aku heran.
Sampai pagi tadi, kulihat si pria hendak mengantar anaknya pergi. Lantas si wanita tergopoh-gopong mengikuti. Dia sakit.
"Loh, Nenek mau ikut? Ga istirahat dulu aja?" tanya sebagian besar orang yang melihatnya susah payah masuk mobil.
"Kasihan nanti Kakek pulangnya sendiri," jawabnya sambil lalu.
Si pria duduk di belakang kemudi, menunggu wanitanya katam naik. Tak ada keberatan dalam raut wajahnya.
Aku semacam menemukan bahwa ternyata memang begitulah cara mereka saling menyayangi. Bahwa ngeyelnya si wanita itu demi agar suaminya tidak sendiri. Dan keduanya saling mengerti.
Stasiun UI, 11 Juni 2015
Dien Ihsani
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!