Lama banget nggak mengunjungi tempat ini. Lamat-lamat yang kadung menghiasi sudut-sudut itu, kalau diberesi entah apa masih bisa bersih sama sekali. Momen-momen weekday-ku belakangan dipenuhi dengan mandi pagi, berangkat subuh, keburu-buru mengejar jadwal kereta atau omprengan, sampai kantor kepagian, ngautis di dalamnya seharian, pulang sore cenderung malam, ngegrab taksi, menghadapi kepadatan KRL lagi, terkantuk-kantuk di angkot, sampai rumah kemalaman, mengumpulkan sisa mood untuk mandi, berusaha mencapai target tidur jam 9 yang lebih sering enggak kesampaian, kemudian terbangun oleh alarm pukul 4 keesokan harinya untuk mandi pagi, berangkat subuh, dan seterusnya. Sementara weekend selalu aku jadwalkan untuk bangun siang, mengunjungi sudut ibu kota yang ingin dijamah, atau sekedar leyeh-leyeh seharian. Semacam momentum pelampiasan setelah diforsir seminggu penuh mikir laporan.
Oh iya, aku lagi ojt, semacam magang semi klasikal kelompokan gitu. Seru. Tiap minggu ganti kantor untuk dikunjungi. Terlebih kebetulan kelompokku ambi. Ambigu. Nggak jelas, absurd, gila. Syukurlah. Aku pikir rutinitas ini akan mengubahku jadi miss normal macam Spongebob kehilangan lubang porinya. Mereka semacam penyelamat dari bahaya "penuaan dini".
Kebetulan banget lagi, di kelompokku ini ada tiga pejuang KRL yang sama-sama harus menempuh PP dua jam perjalanan tiap hari. Jadilah aku enggak bercapek-campek sendirian. Kami nyaris selalu pulang-pergi janjian.
Minggu ini, kelompok kami dibagi jadi tiga, dan kami bertiga kebetulan masing-masing kepisah. Ah, dari tadi kebetulan mulu perasaan. Nah, dibagi itu berarti masing-masing kami punya laporan sendiri. Ini kan udah Hari Rabu tuh, udah waktunya mengejar deadline buat persiapan presentasi Hari Jum'at. Jadilah kami pulang menurut jadwal dan kepentingan masing-masing.
Malam ini aku pulang sendiri.
Aku enggak tahu kenapa harus muter-muter dulu cuma buat ngomong kalau aku pulang sendiri. Haha. Sudahlah ya. Aku males ngeditnya juga :p
Pulang sendiri itu macam tantangan buat aku yang notabene pendatang baru dan nyasaran. Haha. Tantangan sendiri juga buat mood-ku yang udah lelah seharian terus masih harus menghadapi kerumunan dan perjalanan panjang tanpa teman. Menyedihkan.
Tapi entah kenapa, kadang aku suka pergi sedirian begini. Ketika aku tidak terlalu sibuk ngobrol hingga bisa bercakap dengan suara dalam kepalaku sendiri. Ketika aku bisa memutuskan berhenti tanpa perlu sungkan ditunggui. Ketika orang-orang mendadak menjadi pribadi berbeda yang masing-masing menarik untuk diamati. Ketika aku leluasa melamun tanpa ditanyai.
Atau ketika aku bisa autis ngeblog sambil berdiri di tengah padatnya penumpang KRL begini.
Entah kenapa kadang-kadang cuma jalan sendirian begini bisa jadi pelarian penat yang lebih mujarab dari istirahat di libur panjang.
Gerbong 1 KRL Jakarta Kota-Bogor, 10 Juni 2015
Dien Ihsani
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!