Ikhlas itu rela.. atau... pasrah?
Seringkali kita menyamaratakan mereka. padahal keduanya sama sekali berbeda. Layaknya benci dan cinta yang dinding pemisahnya hampir tak kasat mata, pasrah dan rela juga.. Hanya bagaimana kita memperjuangkan apa yang kita cintai yang menjadi pembeda nyata keduanya.
Ketika kita kira kita telah memberikan semuanya padahal kita tak pernah melakukan apa-apa. Kita kalah oleh ketakutan yang membusuk dalam jiwa. Tumbang oleh rasa tak percaya. Mencintainya setengah mati tanpa usaha sama sekali. Memikirkannya setiap hari tanpa pernah membuatnya mengerti. Lalu berdiam membiarkan dia pergi tanpa tahu apa sebenarnya yang dia simpan dalam hati... itu pasrah. Pecundang cinta yang perlu belas kasihan. Kasta terendah dari kumpulan para pecinta.
Tapi ketika telah kita lakukan segala macam cara yang kita bisa, ketika telah kita berikan semua yang kita punya, dan dia tetap menjadi seusatu yang tak terengkuh tangan lalu kita membiarkannya berjalan... itu rela. Bahagiaku adalah melihatnya bahagia. Terdengar munafik, memang. Karena pada nyatanya tak seorang pun bisa benar-benar bahagia meski orang yang dia cinta bahagia kalau itu terjadi di atas penderitaan kita. Akhirnya pasti hanya akan berbuah luka yang menganga meski kita pakai topeng tawa. Karena selalu, bahagiaku adalah ketika kita sama-sama bahagia akan terdengar lebih indah, kan? Tak perlu menjadi lilin untuk menjadi ikhlas.
Karena di mataku *maaf kalau penilaian ini terlalu subjektif*, cinta tak harus memilik hanya milik mereka yang tak punya mimpi. Mau jatuh tapi ingin tetap utuh. Karena bagi para pecinta, bagaimana pun mereka bicara, pasti ingin memiliki apa yang mereka cinta.
Perjuangkan apa yang kau inginkan. Karena apa yang pantas kau dapatkan adalah semua yang telah kau perjuangkan. Ini bukan bicara tentang ego atau apa. Cinta tak mengenal menyerah atau mengalah. Dia mungkin tak pernah mencintaimu seperti apa yang kau harapkan. Dia mungkin pergi dan membiarkanmu jatuh berdebam.
dan kau tak berhak memaksa hatinya untuk kau miliki...
pasti,
kau tak berhak berharap dia merasakan hal yang sama meski kau mencintainya setengah mati.
karena cinta selalu bicara tentang hati.. dan bagian itu bukan jatahmu untuk ambil kendali.
Tapi aku tahu, pasti. Kalau benar cintamu cukup hebat, kau akan tetap bediri di jalanmu, menanti. Bahkan meski dia berpaling pergi. Kau perjuangkan semua yang bisa kau perjuangkan. Kau berikan semua yang sanggup kau berikan. Kau bersikap seolah kau pejuang yang tak terkalahkan..
dan nanti...
di saat yang tepat nanti..
Tuhan akan mengirimkan seorang bidadari yang akan membasuh lukamu pergi.
Seorang peri yang pantas untuk perjuanganmu yang tak takut mati.
Bukan dia, mungkin, fisikli.
Tapi percayalah bidadarimu akan jauh lebih cantik lagi...
karena ikhlas, bagaimana pun pahit rasanya, selalu berujung manis nantinya.
dan ikhlash.. bagaimana pun sakitnya tak perlu menjadikan lilin yang membakar diri untuk dia yang kita cintai :)
aiiudienihsani, 270311
keren..kereen..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete