Mengukil kalimat Dee: meski tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya.
Aku ga hafal redaksi persisnya, namun begitulah kira-kira inti yang aku paham.
Iya. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan, yang kita tak kuasa bahkan meski sekadar coba membayangkan, jadi aku tak tahu sempurna itu macam apa. Sementara sempurna manusia sebatas gambaran Andra and The Back Bone. Itu saja masih minus setia.
Sempurna manusia pasti masih gampang dicari-cari celahnya.
Aku lahir dan tumbuh di keluarga yang bahagia. Kusebut bahagia, karena jika aku diberi kesempatan untuk mengulang waktu, aku rasa aku tak ingin mengubah apa pun. Aku suka keluargaku apa adanya.
Meski kadang aku berpikir bagaimana rasanya hidup dalam keluarga yang tidak terlalu rumit. Kadang aku berharap aku hanya seorang anak pertama dari dua anak milik sepasang pria dan wanita. Kadang aku membayangkan rasanya bergantian mengunjungi dua pasang kakek-nenek dari pihak ibu dan pihak ayah.
Begitu saja hingga aku bertemu dengan seorang pria dan adikku bertemu wanitanya lantas kami beranak pinak menjadi keluarga besar yang bahagia. Mungkin dengan beberapa kehilangan sesuai rancangan Tuhan, jika memang harus begitu.
Segalanya pasti akan jauh lebih sederhana untuk dicerna. Bahkan rasa kehilangannya mungkin bisa jauh lebih dapat diterima.
Namun, aku tahu bahwa aku bukanlah aku jika tak melampaui itu. Aku bukan aku jika tak tumbuh bersama orang-orang rumit itu.
Aku mungkin menjadi orang lain. Bisa jadi orang lain yang lebih baik dari sekedar aku yang sekarang. Siapa tahu?
Tapi Tuhan membawaku ke sini, pasti bukan tanpa alasan.
Kadang aku bahkan ingin berterima kasih pada mereka yang terpilih untuk lebih dulu pergi, juga mereka yang memang memilih pergi.
Stasiun Kemayoran, 16 April 2016
Dien Ihsani
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!