Malam ini soal perjuangan. Bagaimana dia tidak bisa dinilai sekedar untung dan rugi. Tidak. Arti sebuah perjuangan tidak sesimpel memperhitungkan apa yang akan kita dapatkan pada akhirnya. Perjuangan apa? Kalau dalam KBBI off line yang ada di leptop saya sih perjuangan itu artinya perkelahian (merebut sesuatu); peperangan. Jadi tidak salah kan kalau saya menyebut perjuangan itu ada banyak macamnya? Dan saya pernah membaca di suatu buku bahwa perjuangan terberat adalah perjuangan melawan diri sendiri. Benar.
Back to the text. Bukan itu yang ingin saya bahas kali ini.
Malam ini saya baru saja menyelesaikan tugas saya. Ya. Jam 01.18 pm waktu indonesia bagian hape saya ketika saya mulai mengetik tulisan ini *disambi membalas chat beberapa teman di fb*. Tugas apa sih yang membuat saya sampai harus lembur sampai jam segini? Maha penting sekali bukan? Tugas kuliah pasti?
Bukan. FYI, saya bahkan hampir tidak pernah melakukan perjuangan segininya demi mengerjakan tugas kuliah. Saya bukan tipe orang yang suka "ngoyo" mengforsir diri saya sendiri. Tapi berbeda dengan tugas yang satu ini. Tugas dari sebuah organisasi yang saya ikuti.
Lha?
Pernah ada teman saya yang bertanya, "Mengapa kadang saya terlihat lebih antusias pada organisasi saya daripada pada kuliah?"
Waktu itu simpel saja saya menjawab, "Karena organisasi itu adalah pilihan, sementara kuliah itu kewajiban. Rasanya aneh aja kalau aku nggak mempertanggungjawabkan apa yang aku pilih sendiri."
Ada seorang teman yang pernah mengatakan kalau organisasi paling hebat itu adalah organisasi mahasiswa. Di dalamnya tak seorang pun dibayar, bahkan kadang harus mengeluarkan uang pribadi demi keberlangsungan organisasi. Harus saya akui bahwa itu benar sekali. Sangat benar.
Kadang saya berpikir, kenapa saya harus melakukan apa yang ditugaskan kepada saya. Kenapa saya harus merasa begitu bertanggungjawab pada apa yang teman-teman saya amanahkan pada saya. Apa untungnya? Kadang saya pikir saya melakukan hal bodoh dengan jungkir balik kelimpungan tanpa keuntungan, sementara beberapa oknum bisa begitu enaknya tidak menjalankan tugasnya.
Mungkin saya memang bodoh, kadang. Tapi yang saya tahu tidak ada yang sia-sia, meski entah perjuangan saya ini untuk memperebutkan apa. Berorganisasi mengajari saya bagaimana mempertanggungjawabkan sesuatu tanpa alasan. Karena tidak ada yang bisa menuntut saya sebenarnya kalau saya tidak melaksanakan tugas. Tapi untungnya saya bukan tipe orang yang bisa melihat orang lain kebingungan sendirian (meski kadang itu membuat saya merasa dimanfaatkan).
Kalau saya mangkir, teman saya yang harus melaksanakan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab saya, kan? Untungnya Tuhan masih menganugerahi saya rasa bersalah tiap kali saya harus merepotkan orang lain. Itu mungkin yang membuat saya akhirnya mampu mengerti bagaimana perjuangan bukan sekedar apa yang nantinya akan saya dapatkan. Bukan bermaksud apa-apa, bahkan orang yang tidak peka sekali pun sepertinya juga akan belajat untuk tidak enak hati pada temannya jika sudah terjun di organisasi.
Soal dimanfaatkan?
Entahlah. Bagi saya dimanfaatkan itu hanya berarti bahwa kita bermanfaat bagi orang lain. Bukankah menyenangkan jika kita bisa menjadi seseorang yang dibutuhkan? Bukankah menyenangkan kalau kepergian kita membuat sesuatu tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya? Dengan begitu saya merasa bahwa kalau nanti saya pergi, pasti ada yang merindukan saya. Bukankah menyenangkan meninggalkan jejak dimana-mana?
Menyedihkan sekali kan kalau kita pergi tanpa ada yang menangisi?
Ahhh.. curhatan saya kenapa jadi absurd kemana-mana begini?
Intinya, bukan soal apa yang akan kita dapatkan, kewajiban kita adalah memberikan semua yang terbaik yang bisa kita lakukan. Dan itu menyenangkan. Sangat menyenangkan. Ada kepuasan tersendiri di dalam sini. Ciyuuss, kalau kata Omes.
Kalau kamu kebetulan sedang memperjuangkan sesuatu, apa pun itu, selamat berjuang :) mundur itu bukan sebuah pilihan.
Salam,
Dien Ihsani
Back to the text. Bukan itu yang ingin saya bahas kali ini.
Malam ini saya baru saja menyelesaikan tugas saya. Ya. Jam 01.18 pm waktu indonesia bagian hape saya ketika saya mulai mengetik tulisan ini *disambi membalas chat beberapa teman di fb*. Tugas apa sih yang membuat saya sampai harus lembur sampai jam segini? Maha penting sekali bukan? Tugas kuliah pasti?
Bukan. FYI, saya bahkan hampir tidak pernah melakukan perjuangan segininya demi mengerjakan tugas kuliah. Saya bukan tipe orang yang suka "ngoyo" mengforsir diri saya sendiri. Tapi berbeda dengan tugas yang satu ini. Tugas dari sebuah organisasi yang saya ikuti.
Lha?
Pernah ada teman saya yang bertanya, "Mengapa kadang saya terlihat lebih antusias pada organisasi saya daripada pada kuliah?"
Waktu itu simpel saja saya menjawab, "Karena organisasi itu adalah pilihan, sementara kuliah itu kewajiban. Rasanya aneh aja kalau aku nggak mempertanggungjawabkan apa yang aku pilih sendiri."
Ada seorang teman yang pernah mengatakan kalau organisasi paling hebat itu adalah organisasi mahasiswa. Di dalamnya tak seorang pun dibayar, bahkan kadang harus mengeluarkan uang pribadi demi keberlangsungan organisasi. Harus saya akui bahwa itu benar sekali. Sangat benar.
Kadang saya berpikir, kenapa saya harus melakukan apa yang ditugaskan kepada saya. Kenapa saya harus merasa begitu bertanggungjawab pada apa yang teman-teman saya amanahkan pada saya. Apa untungnya? Kadang saya pikir saya melakukan hal bodoh dengan jungkir balik kelimpungan tanpa keuntungan, sementara beberapa oknum bisa begitu enaknya tidak menjalankan tugasnya.
Mungkin saya memang bodoh, kadang. Tapi yang saya tahu tidak ada yang sia-sia, meski entah perjuangan saya ini untuk memperebutkan apa. Berorganisasi mengajari saya bagaimana mempertanggungjawabkan sesuatu tanpa alasan. Karena tidak ada yang bisa menuntut saya sebenarnya kalau saya tidak melaksanakan tugas. Tapi untungnya saya bukan tipe orang yang bisa melihat orang lain kebingungan sendirian (meski kadang itu membuat saya merasa dimanfaatkan).
Kalau saya mangkir, teman saya yang harus melaksanakan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab saya, kan? Untungnya Tuhan masih menganugerahi saya rasa bersalah tiap kali saya harus merepotkan orang lain. Itu mungkin yang membuat saya akhirnya mampu mengerti bagaimana perjuangan bukan sekedar apa yang nantinya akan saya dapatkan. Bukan bermaksud apa-apa, bahkan orang yang tidak peka sekali pun sepertinya juga akan belajat untuk tidak enak hati pada temannya jika sudah terjun di organisasi.
Soal dimanfaatkan?
Entahlah. Bagi saya dimanfaatkan itu hanya berarti bahwa kita bermanfaat bagi orang lain. Bukankah menyenangkan jika kita bisa menjadi seseorang yang dibutuhkan? Bukankah menyenangkan kalau kepergian kita membuat sesuatu tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya? Dengan begitu saya merasa bahwa kalau nanti saya pergi, pasti ada yang merindukan saya. Bukankah menyenangkan meninggalkan jejak dimana-mana?
Menyedihkan sekali kan kalau kita pergi tanpa ada yang menangisi?
Ahhh.. curhatan saya kenapa jadi absurd kemana-mana begini?
Intinya, bukan soal apa yang akan kita dapatkan, kewajiban kita adalah memberikan semua yang terbaik yang bisa kita lakukan. Dan itu menyenangkan. Sangat menyenangkan. Ada kepuasan tersendiri di dalam sini. Ciyuuss, kalau kata Omes.
Kalau kamu kebetulan sedang memperjuangkan sesuatu, apa pun itu, selamat berjuang :) mundur itu bukan sebuah pilihan.
Salam,
Dien Ihsani
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!