Kadang aku merindukannya,
kadang saja.
Tak tiap hari memang aku mengingatnya.
Aku bahkan tak yakin pernah benar-benar mengingatnya dengan benar.
Tapi entah kenapa kadang aku begitu merindukannya. Tiba-tiba.
Seperti ada rongga yang ditinggal paksa,
hampa.
Menyakitkan.
Dia, pria pertamaku.
Yang padanya pernah kuhabiskan satu sore menunggu.
Di bawah hujan, kedinginan,
dulu, ribuan hari yang lalu.
Ketika kaki pincangnya tak bisa menembus tanah basah.
Lelah.
Dia, pria pertamaku.
Yang tanpanya hampir kuhabiskan masa kecilku.
Berlarian. Menjadi biang keonaran.
Dulu, belasan tahun yang lalu.
Ketika kehadirannya tak pernah aku rasakan.
Hilang.
Aku menyayanginya, Tuhan.
Kau tahu itu.
Meski aku tak yakin pernah benar-benar mengenalnya,
tapi dialah pria pertama yang kukagumi sedemikian rupa.
Dia yang mengajariku menyelesaikan hidupku dengan caraku.
Dia yang mengajariku mempertanggungjawabkan mimpiku.
Meski tak bisa kuyakinkan diriku sendiri
entah kenang tentangnya nyata
atau sekedar imajinasi,
Aku menyayanginya, Tuhan.
Kau tahu itu.
Dia tetap pria pertamaku.
Pria terhebat dalam hidupku.
Umput 17, 24.10.12, 02.32
Papa, apa kalau kau masih ada, kau masih akan bangga padaku yang sekarang? Seperti banggamu pada gadis kecilmu dulu.
kadang saja.
Tak tiap hari memang aku mengingatnya.
Aku bahkan tak yakin pernah benar-benar mengingatnya dengan benar.
Tapi entah kenapa kadang aku begitu merindukannya. Tiba-tiba.
Seperti ada rongga yang ditinggal paksa,
hampa.
Menyakitkan.
Dia, pria pertamaku.
Yang padanya pernah kuhabiskan satu sore menunggu.
Di bawah hujan, kedinginan,
dulu, ribuan hari yang lalu.
Ketika kaki pincangnya tak bisa menembus tanah basah.
Lelah.
Dia, pria pertamaku.
Yang tanpanya hampir kuhabiskan masa kecilku.
Berlarian. Menjadi biang keonaran.
Dulu, belasan tahun yang lalu.
Ketika kehadirannya tak pernah aku rasakan.
Hilang.
Aku menyayanginya, Tuhan.
Kau tahu itu.
Meski aku tak yakin pernah benar-benar mengenalnya,
tapi dialah pria pertama yang kukagumi sedemikian rupa.
Dia yang mengajariku menyelesaikan hidupku dengan caraku.
Dia yang mengajariku mempertanggungjawabkan mimpiku.
Meski tak bisa kuyakinkan diriku sendiri
entah kenang tentangnya nyata
atau sekedar imajinasi,
Aku menyayanginya, Tuhan.
Kau tahu itu.
Dia tetap pria pertamaku.
Pria terhebat dalam hidupku.
Umput 17, 24.10.12, 02.32
Papa, apa kalau kau masih ada, kau masih akan bangga padaku yang sekarang? Seperti banggamu pada gadis kecilmu dulu.
Comments
Post a Comment
Semua di sini adalah opini. Let's discuss!