Skip to main content

Wayang, Keajaiban yang Hampir Hilang

Pernah mendengar kata wayang? Hampir semuanya pasti pernah. Tapi.. pernah menonton pagelaran wayang? Mungkin tak sampai 60 persen pemuda Indonesia menjawab pernah. Membosankan, katanya. Ada juga yang berdalih di daerahnya tak pernah diadadakan pagelaran wayang. Memang sih, jaman sekarang mah ndangdutan lebih asoy tentu saja daripada wayang.

Bahkan, televisi nasional pun menjadwalkan program ini tengah malam. Acaranya nggak bonafit? Mungkin.. Nyatanya wayang baru tayang sekitar jam 12-an ketika rata-rata manusia normal sudah tertidur. Mengapa aku bilang normal? Karena aku punya beberapa teman nocturnal. Makhluk malam. Tapi apa yang mereka lakukan? Nonton wayang? Hah! Becanda.. tentu saja tidak..

Kalau ada game, ada film action, ada film hantu, kenapa harus memilih wayang sih?

Ahh.. kalau berani jujur, pemuda yang ngeh sama cerita wayang paling beberapa doang. Kalau disensus nih ya, mungkin pemerintah harusnya lebih prihatin pada langkanya pemuda Indonesia yang mengerti wayang daripada nyaris punahnya badak jawa.

Tapi.. apa pemerintah itu juga tahu cerita wayang? Jangan-jangan bapak-bapak berdasi itu juga ada yang seumur hidupnya belum pernah liat wujudnya wayang. Ahh.. mereka sih terlalu sibuk mengurus negara mungkin yaa..


Ehem! Gimana negara tetangga nggak mupeng ngelirik budaya keren kita yang terbengkalai ini? Padahal bule aja pada tertarik pengen ngerti. Katanya nih yaa.. anak-anak jurusan berdalangan jumlahnya juga masih minim sangat. oalaahh.. selain karena judge masyarakat yang menganggap wayang itu nggak keren, jurusan satu itu juga dipandang nggak menghasilkan uang. Kata siapa?? Kata orang.. Aku sendiri sih bukan anak jurusan perdalangan, dari nggak tahu tetek bengek masalah itu.

Ada yang tanya apa aku ngerti cerita wayang? Nggak ada? Ahh.. Untung nggak ada. Karena aku sendiri juga bukan salah satu dari sedikit pemuda generasi penerus bangsa yang tahu cerita wayang *plak!!

Wayang yang aku tahu cuma Pandhawa, Kurawa, Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman, Semar dan anak-anaknya, Subali, Sugriwa, dan lain-lain. Yang nggak kesebut maaf yaa. Hanya itu yang berhasil aku ingat ketika mengetik postingan ini. Itu pun hanya namanya saja. Kalau ceritanya? Lebih baik nggak usah tanya.

Nah. Nah. Terus maksudnya saya posting tulisan ini apa??

Nggak ada maksud apa-apa kok. Hanya ingin membagi keprihatinan saja. Karena aku sendiri bukan contoh yang baik dalam mempertahankan budaya bangsa, aku tahu aku tak berhak menghimbau siapa pun yang kebetulan membaca postingan ini untuk menjadi satu dari sedikit pemuda hebat yang berjuang demi kebudayaan Indonesia

Aku hanya ingin bilang, wayang mungkin membosankan, di luar sana mungkin banyak kebudayaan yang jauh lebih menarik dan terlihat keren (rumput tetangga kan memang selalu lebih hijau), tapi apa salahnya sih kalau kita mencintai budaya kita sendiri? Yaps! Cukup sampai mencintai saja..

Di daerahku, Borobudur, sekarang ada kegiatan rutin di malam minggu ketiga tiap bulan. Pagelaran wayang yang diadakan di Pondok Tingal yang kebetulan ada di dekat rumahku. Salut sama pemiliknya yang aku nggak tahu siapa. Warga diberi hak untuk datang ke acara ini lho. Gratis! Ironisnya, meski gratis, tetep aja yang datang nggak terlalu banyak..

Hemm.. Kurang iklan mungkin ya? Aku aja tahu baru tiga bulan ini. Ibuku yang ngasih tahu. Atau minat warganya yang kurang? Entahlah.. Tapi kegiatan itu menjadi agenda malam mingguan rutin aku sama ibuk. Haha. Itung-itung menambah kemesraan ibu dan anak kan..

Ini beberapa gambar yang sempet aku ambil kemaren :

Kebetulan pas aku liat itu dalangnya cewek *ikutbangga
ini nih jadinya kalau liatnya dari belakang layar. Lebih jelas kan? Tapi nggak bisa lihat dalangnya :p

Ada makanannya juga lhoo. kwkw :D



Gambarnya kurang memuaskan? Salahkan saja kamera hape saya. Salahkan juga diri Anda sendiri yang nggak mau nyumbang kamera SLR *dilemparin tomat

Well, pada intinya aku cuma pengen pamer kalau aku pernah lho liat pagelaran wayang dan itu menakjubkan. Seriuus! Terlepas dari ada makanan atau enggak, wayang tetep keren! Jadi meski aku memang bukan satu dari sedikit pemuda hebat Indonesia yang melek budaya, dan meski aku nggak begitu apal cerita wayang, tapi aku bangga karena aku mencintai wayang.

Ini sebuah pernyataan, aku jatuh cinta pada pandangan pertama..

Jadi siapa pun Anda, aku harap sih mau meluangkan sedikit ruang di hati Anda untuk mencintai budaya Indonesia. Cukup sampai mencintai saja. Lalu hati yang akan menemukan jalan selanjutnya..

Seperti hatiku yang akhirnya membawaku tetap menjadi gadis biasa, mahasiswi matematika dan bukannya perdalangan, tapi suka nonton wayang *nggak penting ya?

Salam budaya :)

Semarang, 140112
Dien Ihsani

Comments

  1. waw...istimewa non....
    jhoosss........
    tapi akoe seneng wayang lho...
    apalagi luk Ki Sujiwo Tedjo Atau Ki Entus Susmono seng ndalang...hehehe

    seep seep,bagus bagus...
    slalu berkarya dan salam budaya..?????

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga seneng, baru sebatas seneng. untuk ngerti ceritanya mungkin masih butuh waktu lama :p

      malam minggu ketiga tiap bulan, sempetin la ke pondok tingal. jangan mojok mulu. haha. dalangnya masih mahasiswa sih, tapi bening2 *plak!

      Delete

Post a Comment

Semua di sini adalah opini. Let's discuss!

Paling Banyak Dibaca

Ketika Wanita Jatuh Cinta... Kepada Sahabatnya

Apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta? Katanya cinta itu indah. Bahkan eek saja bisa berasa coklat buat orang yang lagi jatuh cinta. Emmmmm... untuk yang satu ini aku menolak untuk berkomentar deh. Bagiku eek tetaplah eek dan coklat tetaplah coklat. Namun jatuh cinta pada sahabat? Beberapa orang bilang bahwa jatuh cinta paling indah itu adalah jatuh cinta kepada sahabat. Terlebih jika gayung bersambut. Bagaimana tidak? Apa yang lebih indah dari pada mencintai orang yang kita tahu semua boroknya, paling dekat dengan kita, dan mengenal kita sama baiknya dengan kita mengenal dia. You almost no need to learn any more . Adaptasinya enggak perlu lama. Namun tak sedikit yang bilang bahwa jatuh cinta pada sahabat itu menyakitkan. Gayung bersambut pun tak lantas membuat segalanya menjadi mudah. Terlebih yang bertepuk sebelah tangan. Akan ada banyak ketakutan-ketakutan yang tersimpan dari rasa yang diam-diam ada. Rasa takut kehilangan, takut saling menyakiti, takut hubungannya berak

Filosofi Cinta Edelweiss

Edelweiss Jawa ( Anaphalis javanica ). Siapa sih yang nggak kenal bunga satu ini? Minimal pernah denger namanya deh.. Edelweiss biasa tumbuh di puncak-puncak gunung. Di Indonesia misalnya, edelweiss bisa ditemukan di Puncak Semeru, Puncak Lawu, Puncak Gede Pangrango, dan tempat-tempat lain yang mungkin temen-temen jauh lebih tau dari pada saya. Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis edelweiss. Mulai dari yang putih sampai yang kuning, mulai dari yang semak sampai yang setinggi rambutan.

Buaya Darat #1

Guys , pasti pernah mendengar istilah buaya darat kan ya? Istilah ini dalam KBBI artinya penjahat atau penggemar perempuan. Namun pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada kasus kedua. Biasanya pria yang suka mempermainkan wanita akan mendapat predikat buaya darat. Entah kenapa masalah main-mempermainkan ini selalu diidentikkan dengan kaum adam. Kalau ada yang bilang player, hidung belang,   juga buaya darat, pasti imajinasinya langsung ke sosok berkromoso-xy: pria. Wanita sendiri sampai saat ini tidak punya julukan khusus macam itu, meski sekarang bukan cuma pria yang bisa mempermainkan wanita. Kasus sebaliknya sudah marak sekali terjadi. Oke, kembali ke buaya darat. Aku tidak tahu kenapa buaya dijadikan sebagai maskot ketidak-setiaan. Padahal buaya di habitat aslinya dikenal sebagai makhluk yang setia. Tidak seperti kebanyakan hewan, buaya jantan hanya akan kawin dengan satu betina yang sama seumur hidupnya. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa jika betinanya mati lebih